Breaking News:

Makanan Hanya Menyumbang 15-20% Kebutuhan Vitamin D, dr. Henry Suhendra: Harus Ditambah Suplemen

Menurut dr. Henry Suhendra, Sp.OT, ultraviolet A tidak dapat membentuk vitamin D dalam tubuh.

Penulis: Dhiyanti Nawang Palupi | Editor: Ekarista Rahmawati
tribunnews.com
Ilustrasi sinar matahari sebagai sumber vitamin D, dr. Henry Suhendra, Sp.OT sebut vitamin D dari UV B saja tidak cukup 

TRIBUNHEALTH.COM - Ultraviolet B memiliki panjang gelombang 290 hingga 315 nm.

Sedangkan ultraviolet A tidak dapat membentuk vitamin D dalam tubuh.

Ultraviolet yang sampai ke bumi adalah ultraviolet A dan B.

Dilansir oleh Tribunhealth.com  Founder Vitamin D Society Indonesia, dr. Henry Suhendra, Sp.OT menjelaskannya dalam tayangan YouTube Tribun Health.

Selama ada sinar matahari, ultraviolet A akan selalu ada.

Baca juga: Menurut Dr. drg. Munawir Usman, Penggunaan Behel yang Tidak Tepat Dapat Menimbulkan Risiko Kesehatan

Ultraviolet A ada sepanjang adanya sinar matahari sejak matahari terbit hingga tenggelam.

Sementara ultraviolet B hanya ada di tengah hari.

Ilustrasi berjemur,
Ilustrasi berjemur, menurut dr. Henry Suhendra, Sp.OT selama ada sinar matahari, ultraviolet A akan selalu ada(kompas.com)

Di pagi hari hanya terdapat sedikit ultraviolet B.

Dokter tegaskan jika yang paling efektif berjemur pada jam 11 hingga jam 1 siang.

Dokter anjurkan untuk berjemur pada jam 10 hingga 2 siang.

2 dari 2 halaman

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti asal India, selama apapun berjemur, vitamin D dalam tubuh maksimal hanya mencapai angka 40an tidak akan mencapai angka 50.

Kriteria laboratorium yang berlaku di Indonesia adalah 30 sampai 100 sudah cukup.

Dokter tegaskan jangan puas jika sudah mencapai angka 30 hingga 40.

Baca juga: dr. Syahidatul: Pasien Diabetes yang Positif COVID-19 Miliki Risiko Gula Darah Cenderung Meningkat

Karena jika terinfeksi COVID-19 vitamin D dalam tubuh harus berada dipuncak, yakni kisaran angka 80 hingga 100.

Menurut dokter, angka tersebut tidak mungkin hanya dicapai dari aktivitas berjemur dan konsumsi makanan saja.

Makanan hanya menyumbang 15-20% kebutuhan vitamin D setiap harinya.

Sehingga pada akhirnya harus ditambah suplemen.

Penjelasan Founder Vitamin D Society Indonesia, dr. Henry Suhendra, Sp.OT dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Health edisi 28 Juli 2021.

(Tribunhealth.com/Dhiyanti)

Baca berita lain tentang kesehatan di sini.

Selanjutnya
Tags:
Tribunhealth.comdr. Henry Suhendra Sp.OTvitamin DCovid-19
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved