TRIBUNHEALTH.COM - Kekerasan seksual merupakan tindakan terkait dengan organ seksual namun tindakan itu tanpa persetujuan terhadap dari korban.
Artinya dalam hal ini ada unsur pemaksaan, sesuatu yang tidak disetujui atau disukai oleh korban.
Biasanya hal ini terjadi karena si pelaku tidak bisa menyalurkan hasrat-hasratnya secara sehat.
Dilansir TribunHealth.com, dalam tayangan YouTube Tribun Health program Healthy Talk, Psikolog Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi. menjelaskan tentang anak-anak yang rentan mengalami kekerasan seksual.
Kekerasan seksual rentan terjadi pada anak karena anak dalam situasi yang lemah.
"Dari segi badan lebih kecil, dari segi kekuatan juga lebih kecil, dan juga dari segi berpikir juga lebih kecil," terang Adib.
Baca juga: Apa Perbedaan dari Kekerasan Seksual dan Pelecehan Seksual?
Baca juga: Apa saja Jenis Kekerasan Seksual? Simak Tanggapan Psikolog Berikut Ini
"Sehingga karena kondisi ini, anak lebih rentan mengalami kekerasan atau pelecehan seksual. Baik itu dari orang tua, tetangga, guru, atau dari saudara deket," lanjut Adib.
Anak sangat rentan mengalami kekerasan atau pelecehan seksual, karena anak belum mengetahui bahwa kondisi yang terjadi merupakan pelecehan atau bukan dan kekerasan atau bukan.
"Jadi anak tidak merasa bahwa dia mendapatkan kekerasan," jelas Adib.
"Anak dipegang bagian tertentu, dipeluk atau dicium kadang tidak sadar kalau itu juga kekerasan," lanjut Adib.
"Sedangkan jika hal tersebut terjadi pada orang dewasa, orang dewasa sudah tau bahwa hal tersebut adalah kekerasan."
Orang dewasa yang mengalami kekerasan atau pelecehan seksual bisa melawan, sedangkan anak-anak ada yang melawan dan ada juga yang tidak.
Baca juga: Mengapa Pelaku Kekerasan Seksual mudah Menjadikan Anak sebagai Korban? Ini Jawaban Psikolog
Psikolog Adib menjelaskan perlunya anak diajarkan tentang edukasi seksual sedari dini.
"Sejak dini, anak perlu diajarkan bahwa anak perlu memahami mana organ yang perlu ditutupi dan perlu dijaga dan tidak boleh orang lain menyentuh," jelas Adib.
"Bahkan diri sendiri tidak boleh menyentuh apalagi orang lain."
"Anak bisa diajarkan ketika diri sendiri boleh menyentuh organ tersebut dalam rangka membersihkan, misalnya membersihkan setelah buang air kecil," terang Adib.
"Jadi sejak dini anak diajarkan menjaga hal tersebut, dan diajarkan untuk memakai baju dan celana."
Psikolog Adib menerangkan, ketika anak mulai berusia 2 tahun, bisa diajarkan memakai baju dan celana. Ketika usia 5 tahun diajarkan untuk menjaga organ atau alat kelaminnya.
Baca juga: Agar Tak Jadi Sasaran Kekerasan Seksual, Psikolog Jelaskan Pentingnya Edukasi Anak
"Misalnya ketika umur 6 tahun yang boleh mencium hanya ayah dan ibunya saja," ungkap Adib.
Ketika edukasi tersebut diajarkan kepada anak sejak dini, anak akan memahami bahwa diri sendiri tidak boleh menyentuh apalagi orang lain.
Sehingga ketika ada yang menyentuh anak pada bagian tersebut, anak akan memahami bahwa hal tersebut adalah bagian dari kekerasan seksual.
Penjelasan ini disampaikan oleh Psikolog Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi. dalam tayangan YouTube Tribun Health program Healthy Talk pada 12 Juni 2021.
Baca juga: Apakah Kekerasan pada Anak Menyebabkan Rasa Kurang Percaya Diri? Begini Tanggapan Psikolog
Baca juga: Psikolog Paparkan Berbagai Penyebab Kekerasan Seksual terhadap Anak, Bisa karena Masalah Kepribadian
Baca berita lain seputar kesehatan di sini
(Tribunhealth.com/Irma Rahmasari)