TRIBUNHEALTH.COM - Istilah trauma maksilofasial memang cukup jarang terdengar bagi sebagian masyarakat.
Namun perlu diketahui, kondisi ini sering terjadi.
Lantas apa itu trauma maksilofasial?
Kepala Rumah Sakit Bantuan Malang, Dokter gigi militer Nugroho Setyawan bersedia menjelaskannya.
Baca juga: Simak Jenis-jenis Behel Gigi dan Syarat Usia Pemasangan yang Perlu Diperhatikan
Baca juga: Andi Tajrin Jelaskan Spesialisasi Bedah Mulut dan Maksilofasial, Salah Satunya Soal Bibir Sumbing
Mengurai kata trauma yang berarti kecelakaan yang bisa jadi diakibatkan karena benturan, atau kekerasan.
Sementara maksilofasial, merupakan sutu daerah yang terdiri dari wajah, rahang atas dan bawah.
Sehingga bisa disimpulkan trauma maksilofasial merupakan suatu trauma yang disebabkan karena benturan atau kekerasan yang terkena pada daerah wajah atau rahang.
Pada umumnya, sekitar 85 persen kasus trauma maksilofasial ini disebabkan karena kecelakaan lalu lintas.
Serta didominasi akibat kecelakaan sepeda montor.
"Meski telah menggunakan helm yang aman namun tetap terdapat kemungkinanan untuk terbentur," jelas Nugroho dikutip dari tayangan YouTube Tribunpalu.com, Selasa (2/2/2021).
Selanjutnya pada pengemudi mobil, benturan bisa terkena pada setir, dashboard, atau pecahan kaca.
Nugroho menyebut, trauma maksilofasial ini bisa menjadi suatu kasus yang dapat membahayakan nyawa.
Hal ini disebabkan lantaran adanya obstruksi pada jalan napas, atau terhalangnya saluran pernapasan, akibat pangkal lidah yang menutupi trakea.
Sehingga sendi rahang kanan dan kiri patah, lantas menyebabkan kesulitan membuka mulut dengan baik.
Selain itu kondisi fraktur (patah tulang) pada setengah daerah wajah, dimana tulang-tulang pada rahang atas menutupi pada saluran napas.
Baca juga: Simak, Ini Bahaya Membersihkan Karang Gigi Tanpa Bantuan Dokter
Baca juga: Waspada, Karang Gigi Bisa Terkena pada Balita, Ini Penjelasan Dokter'
Baca juga: Muncul Rasa Mengganjal setelah Penambalan Gigi? Dokter Gigi Jelaskan Akibatnya Bisa Serius

Nugroho menyebut, pada kasus seperti ini, yang paling penting adalah membuka saluran napas.
Selanjutnya menghentikan pendarahan yang masif.
Lebih lanjut ia mengatakan, bila ada pendarahan di dalam rongga mulut, hal yang paling ditakutkan adala darah dan cairan saliva (air liur) masuk ke dalam paru-paru.
Pasalnya kondisi itu dapat membahayakan nyawa pasien.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)
Berita soal gigi dan mulut di sini