Kalau Malaysia Bisa, Kenapa Indonesia Tidak?

Editor: Melia Istighfaroh
Ilustrasi konsultasi dengan dokter

Sektor medical tourism menyumbang miliaran ringgit per tahun, sekaligus mendorong peningkatan standar layanan bagi warga negaranya sendiri.

Keberhasilan itu juga tidak lepas dari keterlibatan para profesional medis dan asosiasi profesi.

Mereka terlibat aktif dalam membangun sistem akreditasi, pelatihan, dan pengawasan etis.

Dengan demikian, reformasi pelayanan tidak hanya berjalan top-down dari pemerintah, tetapi juga didorong dan dijaga oleh komunitas medisnya sendiri.

Baca juga: Amankah Penggunaan Retinol, Salisilat, dan Bahan Skincare Lain Saat Hamil? Ini Kata dr. Arieffah

ilustrasi seorang anak sedang diperiksa oleh dokter (kompas.com)

Peran Organisasi Profesi: Pilar Mutu Layanan

Di balik kesan nyaman dan efisien yang dirasakan oleh Tantowi Yahya, tersembunyi satu faktor penting yang jarang disorot: keterlibatan aktif komunitas dan organisasi profesi medis di Malaysia dalam mendukung pelayanan kesehatan yang berorientasi pada pasien.

Di Malaysia, organisasi seperti Malaysian Medical Association (MMA) dan dewan profesi spesialis secara konsisten bekerja sama dengan pemerintah dan rumah sakit swasta menyusun panduan praktik klinis, menjaga mutu layanan, serta melatih dokter untuk berkomunikasi dengan empati dan profesional.

Kolaborasi ini bukan sekadar formalitas, ia menjadi bagian dari budaya sistemik dalam ekosistem kesehatan Malaysia.

Organisasi profesi adalah kunci agar perubahan tidak berhenti di pusat atau pada kalangan elite saja.

Mereka memiliki jaringan luas hingga ke pelosok, menguasai konteks lapangan, dan dipercaya oleh anggota profesi.

Perubahan budaya pelayanan yang lebih empatik, efektif, dan manusiawi harus didorong dari dalam komunitas profesi itu sendiri.

Pemerintah perlu merangkul organisasi profesi sejak tahap perencanaan kebijakan.

Dengan demikian, reformasi layanan kesehatan tidak akan terasa memaksa, tapi tumbuh dari semangat kolektif para pelaksana di lapangan.

Apa yang telah dilakukan oleh Malaysian Medical Association bersama MHTC, bisa menjadi model awal.

Kita Bisa, Kalau Kita Mau

Baca juga: 4 Hal yang Harus Diperhatikan Saat Memilih Susu Formula untuk Bayi

Lantas, apa yang harus dilakukan Indonesia?

  1. Membentuk Badan Wisata Medis Nasional yang mengintegrasikan RS swasta unggulan dan memperkenalkan layanan unggulan Indonesia ke mancanegara.
  2. Reformasi sistem akses pasien mandiri agar bisa langsung ke spesialis dan memperoleh hasil pemeriksaan tanpa harus menunggu berhari-hari.
  3. Mendorong pembangunan RS unggulan di luar Jawa, dengan dukungan fiskal dan kemitraan publik-swasta.
  4. Menjadikan keramahan dan komunikasi sebagai standar pelayanan, bukan hanya preferensi pribadi tenaga medis.
  5. Melibatkan organisasi profesi seperti IDI, PDGI, PPNI secara sistemik dalam perencanaan dan pelaksanaan kebijakan kesehatan.

Penutup: Kita Tidak Kekurangan, Kita Belum Satu Suara

Testimoni Tantowi Yahya adalah potret keresahan sekaligus harapan masyarakat Indonesia.

Mereka bukan mencari layanan yang mewah, tapi yang cepat, ramah, jelas, dan manusiawi.

Kita memiliki dokter-dokter hebat, rumah sakit dengan akreditasi internasional, dan teknologi medis terkini.

Halaman
123