TRIBUNHEALTH.COM - Keramas merupakan salah satu kegiatan wajib untuk menjaga kesehatan dan kebersihan rambut.
Namun, terlalu banyak keramas ternyata juga tidak baik untuk kesehatan rambut dan kulit kepala.
Menurut Prevention, kulit kepala memiliki kelenjar minyak yang akan memproduksi zat yang bernama sebum.
Sebum merupakan zat yang diperlukan oleh rambut karena bisa membuatnya tetap sehat dan lembut.
Kendati demikian, sebum tidak selamanya baik karena akan memicu penumpukan minyak di kulit kepala, yang akhirnya menyebabkan terjadinya ketombe.
Keramas setiap hati bisa menghilangkan sebum di kulit kepala dan membuatnya terasa lebih kering.
Baca juga: 5 Manfaat Argan Oil untuk Kesehatan Rambut, Termasuk Mencegah Kerusakan dan Rambut Rontok
Baca juga: 7 Dampak Buruk Tidak Gunakan Pelembap, Salah Satunya Kulit Cepat Berkerut
Dampak Terlalu Sering Keramas
Dilansir dari HelloSehat, berikut ini beberapa dampak buruk yang dapat terjadi pada rambut jika Anda terlalu sering keramas.
1. Rambut cepat kering dan mudah rapuh
Keseringan keramas ternyata dapat menyebabkan rambut menjadi kering dan mudah rapuh.
Menurut penelitian dari Skin Appendage Disorders tahun 2021, kulit kepala yang kering akibat sering keramas menyebabkan rambut tidak tumbuh dengan sempurna.
Hal ini berkaitan dengan asam yang terdapat dalam sel kutikula yaitu lapoisan terluar batang rambut.
Setiap kutikula mengandung protein yang disebut dengan epikutikula, yang mengandung asam 18-metil eikosanoat (18-MEA) dan lipid (molekul lemak).
Asam 18-MEA membuat rambut bersifat hidrofobisitas atau menolak air yang mencegah rambut menyerap terlalu banyak air dari lingkungan di sekitarnya.
Terlalu sering keramas dapat menghilangkan asam ini, terlebih jika Anda menggunakan sampo berbahan alkali.
Hal ini menyebabkan kulit kepala mudah kering dan rambut menjadi rapuh dan kusut.
Baca juga: Cara Mudah Mengatasi Rambut Berminyak, Pertimbangkan untuk Gunakan Sampo Jenis Ini
2. Menghilangkan mikrobiota kulit
Kulit ditinggali miliaran bakteri baik, di mana kumpulan bakteri baik ini disebut mikrobiota atau mikrobiom kulit.
Dalam sebuah ulasan yang diterbitkan Frontiers in celluler and infection microbiology (2018) menjelskan, populasi mikrobiota ini membantu menjaga pH (derajat keasaman) kulit.
Bakteri baik ini akan mengambil nutrien yang dibutuhkan mikroba jahat untuk berkembang atau melepaskan zat yang dapat membunuh mikroba jahat.