Tak hanya itu saja, dr. Adniana menuturkan, kebiasaanpnggunaan sabun kewanitaan yang terutama mengandung antiseptik
"Kemudian juga kebiasaan penggunaan sabun kewanitaan," kata dr. Adniana Nareswari.
Baca juga: Aturan Olahraga untuk Menjaga Berat Badan Ideal Menurut Ahli Gizi
"Sabun kewanitaan terutama yang ada antiseptiknya," terangnya.
Dokter spesialis kulit dan kelamin dr. Adniana Nareswari menyampaikan, apda kondisi noemal, tidak direkomenadikan justru mungkin akan mengganggu keseimbangan flora pada vagina.
Keseimbangan flora pada area kewanitaan yang terganggu bisa meningkatkan risiko terjadinya infeksi.
"Pada kondisi yang normal, ini tidak direkomendasikan karena justru mungkin malah akan mengganggu keseimbangan flora di area vagina kita dengan meningkatkan risiko terjadinya infeksi," lanjutnya.
Melakukan hubungan seksual yang tidak aman seperti berganti-ganti pasangan, pasangan seksual yang banyak dan tidak menggunakan kondom bisa meningkatkan risiko infeksi menular seksual.
Secara klinis, infeksi menular seksual tersebut ditandai adanya keputihan.
Baca juga: Adakah Perawatan Khusus Agar Tidak Muncul Stretch Mark Setelah Menyusui?
"Kemudian juga kebiasaan melakukan hubungan seksual yang tidak aman. Dalam artian bergonta-ganti pasangan, pasangan seksualnya banyak, telebih tidak menggunakan kondom, tentunya itu akan meningkatkan risiko terjadinya infeksi menular seksual yang mana secara klinis ditandai dengan adanya keputihan," paparnya.
Kebiasaan menggunakan alat bantu seks dan saat berhubungan seksual tidak menjaga kebersihan, rupanya bisa meningkatkan risiko keputihan abnormal.
"Kemudian juga kebiasaan misalnya menggunakan alat bantu seks gitu ya. Saat melakukan hubungan, apabila tidak dijaga kebersihannya, tidak rajin dibersihkan, itu justru akan meningkatkan risiko terjadinya keputihan yang patologis (abnormal)." pungkasnya
Ini disampaikan pada channel YouTube TribunHealth bersama dengan dr. Adniana Nareswari Sp.DV. Seorang dokter spesialis kulit dan kelamin.
(TribunHealth.com/PP)