Ketika ditengah laut, ombak besar dan angin besar menyerang kapal yang ia naiki, lelaki itu sibuk bertawakkal sembari mengamalkan ayat yang Nabi Khidir as amalkan.
Ombak yang besar membuat kapal itu pecah. Diketahui tidak ada yang selamat dari musibah tersebut kecuali lelaki pedangang itu.
Ketika badai sudah reda, lelaki itu sadar mendapati dirinya terdampar di sebuah tempat tepi pantai, di negeri yang sungguh asing baginya.
Ternyata barang dagangan yang ia bawa juga ikut terseret ombak bersamanya ke tepi pantai, dan ajaibnya tidak ada yang rusak sedikitpun.
Musibah yang telah ia lalui, membuatnya sadar akan kebesaran Allah, dan membuatnya yakin akan fadhilah dari ayat yang selalu ia amalkan.
Lelaki itu lalu memutuskan untuk menetap dan berdagang di negeri itu, dengan terus mengamalkan ayat yang diajarkan Nabi Khidir as.
Kesuksesan yang ia raih dalam berniaga, membuatnya menjadi saudagar kaya dan ia menjadi raja di negeri itu.
Sungguh rezeki yang tidak disangka+sangka seperti yang terkandung dalam ayat tersebut. Kemudian ayat ini dikenal dengan ayat seribu dinar, sesuai dengan kisahnya.
Baca juga: 7 Dampak Buruk Kelebihan Karbohidrat, Salah Satunya Mudah Lelah, Begini Cara Mengatasinya
Dalil seputar Ayat Seribu Dinar
Melansir Tribun-Medan.com, dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan: Barang siapa yang bertakwa kepada Allah dalam semua apa yang diperintahkan kepadanya dan meninggalkan semua apa yang dilarang baginya, maka Allah akan menjadikan baginya jalan keluar dari urusannya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Yakni dari arah yang tidak terbersit dalam hatinya.
-Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepadaku Kahmas ibnul Hasan, telah menceritakan kepada kami Abus Salil, dari Abu Zar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. membaca ayat ini (Seribu Dinar)
“يَا أَبَا ذَرٍّ، لَوْ أَنَّ النَّاسَ كُلَّهُمْ أَخَذُوا بِهَا كَفَتْهُمْ”. وَقَالَ: فَجَعَلَ يَتْلُوهَا ويُرددها عَلَيَّ حَتَّى نَعَست، ثُمَّ قَالَ: “يَا أَبَا ذَرٍّ، كَيْفَ تَصْنَعُ إِنْ أُخْرِجْتَ مِنَ الْمَدِينَةِ؟. “قُلْتُ: إِلَى السَّعَةِ وَالدَّعَةِ أَنْطَلِقُ، فَأَكُونُ حَمَامَةً مِنْ حَمَامِ مَكَّةَ. قَالَ: “كَيْفَ تَصْنَعُ إِنْ أُخْرِجْتَ مِنْ مَكَّةَ؟ “. قَالَ: قُلْتُ: إِلَى السَّعَةِ وَالدَّعَةِ، وَإِلَى الشَّامِ وَالْأَرْضِ الْمُقَدَّسَةِ. قَالَ: “وَكَيْفَ تَصْنَعُ إِنْ أخرجتَ مِنَ الشَّامِ؟ “. قُلْتُ: إِذًا -وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ -أَضَعُ سَيْفِي عَلَى عَاتِقِي. قَالَ: “أَوَخَيْرٌ مِنْ ذَلِكَ؟ “. قُلْتُ: أَوَخَيْرٌ مِنْ ذَلِكَ؟ قَالَ: “تَسْمَعُ وَتُطِيعُ، وَإِنْ كَانَ عَبْدًا حَبَشِيًّا“
“Hai Abu Zar, seandainya semua manusia mengamalkan ayat ini, niscaya mereka akan diberi kecukupan.
Abu Zar melanjutkan, bahwa lalu Rasulullah Saw membaca ayat ini berulang-ulang kepadanya hingga ia merasa mengantuk.
Kemudian beliau Saw bersabda: Hai Abu Zar, apakah yang akan engkau lakukan bila engkau keluar dari Madinah? Aku menjawab, “Aku akan berangkat menuju kepada keluasan dan ketenangan, dan aku akan menjadi salah seorang dari pelindung kota Mekah.”
Rasulullah Saw. bertanya: Apakah yang akan engkau lakukan bila kamu keluar dari kota Mekah? Aku menjawab, “Aku akan berangkat menuju kepada keluasan dan ketenangan, yaitu ke negeri Syam dan Baitul Maqdis.”
Rasulullah Saw. bertanya lagi: Apakah yang akan engkau lakukan bila kamu keluar dari negeri Syam? Aku menjawab, “Kalau begitu, demi Tuhan yang telah mengutus engkau dengan hak, aku akan meletakkan pedangku dari pundakku (yakni berhenti berjihad).”
Rasulullah Saw. bertanya, “Apakah ada yang lebih baik dari itu?” Aku balik bertanya, “Apakah ada yang lebih baik dari itu?” Rasulullah Saw. menjawab: Kamu tunduk patuh (kepada pemimpinmu), sekalipun dia adalah seorang budak Habsyi (hamba sahaya dari negeri Habsyah).”
Baca juga: KUNCI JAWABAN PAI dan Budi Pekerti Halaman 96-97, Penyalahgunaan Narkoba Merupakan Gangguan. . .
Dari beberapa penjelasan yang dijelaskan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya, dapat kita simpulkan bahwa ayat mengandung beberapa penjelasan dan keutamaan ayat seribu dinar yaitu :
1. Pentingnya bertakwa kepada Allah