TRIBUNHEALTH.COM - Gangguan ereksi dapat berhubungan dengan masalah kesehatan yang lebih dalam.
Gangguan ereksi, juga dikenal sebagai disfungsi ereksi, adalah ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup keras untuk aktivitas seksual yang memuaskan.
Gangguan ereksi bisa menjadi gejala atau tanda masalah kesehatan yang mendasarinya.
Sangat penting untuk mengidentifikasi penyebab yang mendasari gangguan ereksi sobat sehat, karena ini dapat membantu dalam perawatan yang sesuai.
Dokter membenarkan jika tidak hanya berhubungan dengan kepuasan pasangan, kehilangan ereksi atau disfungsi ereksi juga berhubungan erat dengan kondisi kesehatan.
Baca juga: Bupati Maluku Tenggara Rudapaksa Gadis Pelayan Kafe, Beri Mahar Rp 1 M, Ortu Korban Cabut Laporan
Medical Sexologist, dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS mengatakan apabila ereksi tidak hanya bisa diobati hanya dengan konsumsi vitamin saja.
Menurut dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS sexual medicine berkembang sangat cepat di tahun 1980 hingga 1990 an.
"Ditemukanlah obat untuk yang namanya erektogenic atau obat kuat," ucap Medical Sexologist, dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS dalam tayangan YouTube Kesehatan Seksual (21/07/2022).
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa obat kuat ini dipakai untuk memperkeras atau meningkatkan ereksi ketika hendak berhubungan seksual dengan pasangan.
Akan tetapi, dengan berkembangnya waktu sejak tahun 2016, hal ini sudah berubah.
Baca juga: Waktu Terbaik Konsumsi Minuman Herbal Ala dr. Zaidul Akbar dan Rasakan Segudang Manfaatnya
"Ada istilah kita yang namanya one day, kita sadari bahwa gangguan ereksi itu disebabkan oleh problem pembuluh darah penis yang rusak.
Jadi nggak bisa mau hubungan di minum (obat), ereksinya meningkat.
Dahulu dipakai seperti itu, tapi ternyata dalam penelitian 3 sampai 6 bulan minum obat erektogenic itu ternyata resisten.
Jadi ereksinya tidak perbaikan (tidak ada perbaikan).
Jadi tidak bisa memperbaiki kekerasan walaupun sudah minum obat," jelas Medical Sexologist, dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS.
Pada akhirnya yang terjadi adalah jantung berdebar-debar, hal ini karena obat tersebut juga berdampak pada kesehatan jantung.
"Karena begitu dibuka pembuluh darah, pembuluh darah terbuka hanya pada saat obat itu ada," timpal dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS.
Baca juga: Makan Nanas saat Hamil Bikin Makin Becek? Begini Tanggapan Dokter
Sehingga pada penelitian yang sudah dilakukan selama 10 tahun an pada tahun 2016 ditetapkan suatu keputusan yang berlaku di seluruh dunia yang disebut dengan ones day.
"Jadi minum obat sekali sehari dengan suatu waktu tertentu untuk memperbaiki pembuluh darah penis terutama.
Tapi di dalam pengamatan, tidak hanya pembuluh darah penis, jantung sama otak juga terbuka.