Iapun lantas menjelaskan bagaimana asal muasal pungutan infak yang ternyata sudah dilakukan sejak 2022.
Rupanya infak itu dikumpulkan untuk melakukan musala yang kini progresnya mencapai 40 persen.
Ia juga menjelaskan setelah ramai dugaan pungli berkedok infak yang diketahui Ganjar, dinas pendidikan dan kebudayaan setempat langsung mendatangi SMKN 1 Sale.
"Kemarin dari cabang dinas juga mengecek ke lapangan, didampingi oleh ketua komite dan kemarin sudah dijelaskan peruntukkannya juga secara gamblang dan meninjau lokasi mushala."
"Selain itu juga diperlihatkan kekurangan-kekurangan sarpras yang ada di Sale," ucapnya.
Setelah mendapatkan informasi tentang dibebastugaskannya sebagai kepala sekolah, Widodo mengaku sampai saat ini masih menunggu surat resmi pencopotannya.
"Surat bebas tugas belum datang secara langsung ke saya, cuman saya dikasih tahu bahwa di Sale sudah digantikan sama Plh," kata dia.
Baca juga: TIPS Hilangkan Bau Ketiak dengan Bahan yang Mudah Dijumpai di Rumah
Terkait permintaan Ganjar agar mengembalikan uang infak itu kepada wali murid, Widodo mengaku sudah berkoordinasi dengan komite sekolah dan para wali murid.
"Itu sebagian dari wali murid itu sudah ikhlas, kalau disuruh mengembalikan. Mereka tidak mau menerima,” katanya lagi.
"'Kalau dikembalikan ya saya tolak,' wali murid bilange seperti itu," jelasnya.
Terkait inisiatifnya membangun musala di sekolah dengan uang iuran dari para wali murid, Widodo mengaku mendapatkan respons positif dari para tokoh masyarakat.
"Banyak tokoh masyarakat termasuk kiai mendukung saya terkait inisiatif membangun musala, karena sifatnya keagamaan untuk ibadah, dan ini nanti juga mungkin selalu didukung, termasuk semua komite," tuturnya.
Widodo bahkan mengaku rekan-rekan seprofesinya juga mendukung upayanya tersebut.
"Banyak yang mendukung saya termasuk teman-teman se-provinsi Jawa Tengah banyak yang mendukung saya, cuman untuk bersuara itu takut,” pungkasnya.
Menanggani hal ini, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Jawa Tengah, Uswatun Hasanah mengatakan, pihaknya telah memeriksa Kepala SMKN 1 Sale, Widodo, terkait kasus ini.
Baca juga: Orang LGBT atau Gay Melakukan Anal Seks? Penularan HIV Sangat Mudah jika Melakukan Anal Seks
"Hasilnya, kepala sekolah mengakui adanya pungutan infak untuk membangun musala atau sarana ibadah melalui komite sekolah," ujar dia.
Menurut Uswatun, pungutan atau infak pembangunan musala itu dilakukan pada 2022 lalu.
Dari total 534 siswa SMKN 1 Sale, 460 di antaranya sudah membayar. Kemudian 44 siswa tidak membayar karena tergolong tidak mampu. Selanjutnya, 30 siswa tidak membayar dengan pertimbangan sudah tahun keempat.
"Sampai saat ini dana yang terkumpul Rp 130 juta dan telah digunakan pada 2022 untuk pembangunan musala. Pembangunan musala sampai saat ini sudah mencapai 40 persen," ujar Uswatun.
Bagaimanapun, kata Uswatun, berpedoman pada surat-surat edaran Kepala Disdikbud Jateng, segala bentuk pungutan yang dilakukan SMA/SMK dan SLB Negeri di Jawa Tengah adalah termasuk pelanggaran kepatuhan/kedisiplinan.
Terlebih, semua kepala sekolah sudah menandatangani pakta integritas terkait hal ini.
(TribunHealth.com/P)