Hentikan Pemberian Kopi dan Teh pada Bayi, dr. Sindy Sebut Dapat Menyebabkan Nutrisi Tak Terserap

Penulis: Dhiyanti Nawang Palupi
Editor: Ahmad Nur Rosikin
Ilustrasi pemberian kopi pada bayi, begini penjelasan dr. Sindy Atmadja, M.Ked (Ped). Sp.A

TRIBUNHEALTH.COM - Mitos memberikan kopi hitam kepada bayi atau anak untuk mencegah step atau kejang mungkin sudah tak asing lagi terdengar di telinga.

Padahal, memberikan kopi hitam kepada bayi atau anak bisa menimbulkan bahaya.

dr. Sindy Atmadja, M.Ked (Ped). Sp.A menerangkan jika konsumsi kopi bisa mengganggu beberapa penyerapan nutrisi.

"Biasanya pada bayi-bayi efek jangka panjangnya yang bisa saya pikirkan cuman anti nutrien tersebut," pungkas dr. Sindy Atmadja, M.Ked (Ped). Sp.A dalam tayangan Tribun Health (29/03/2023).

"Misalnya diberikan, sementara anak-anak di Indonesia ini ya 65-70 persen ini kekurangan zat besi," tutur dr. Sindy Atmadja, M.Ked (Ped). Sp.A.

Baca juga: Kapankah Waktu yang Tepat untuk Melakukan Tretament Vagina Tightening setelah Melahirkan?

Pernyataan ini disampaikan oleh dr. Sindy Atmadja, M.Ked (Ped). Sp.A yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribunjabar video program Tribun Health edisi 29 Maret 2023.

ilustrasi seorang ibu yang sedang mengasihi, begini ulasan dr. Sindy Atmadja, M.Ked (Ped). Sp.A (pop.grid.id)

Baca juga: drg. Munawir Usman Tegaskan untuk Memperhatikan Makanan yang Dikonsumsi ketika Berpuasa

Menurutnya, saat ini sedang tren mengasihi atau pemberian ASI hingga 6 bulan.

Hanya saja, pada saat 4-6 bulan terkadang zat besi di ASI sudah menurun dan cadangan besi pada tubuh anak pun juga menurun.

"Jadi perlu nggak diberikan suplemental besi, perlu ya kan dan perlunya lagi adalah screening sebenarnya yang seringnya tidak dilakukan di Indonesia," imbuh dr. Sindy Atmadja, M.Ked (Ped). Sp.A.

Sementara di luar negeri pasti dilakukan screening pada usia 4 bulan maupun 6 bulan.

Pasalnya prosedur screening-nya pun sangat sederhana di mana jari bayi akan ditusuk dan dilakukan pemeriksaan pada darahnya.

Hal ini untuk memastikan apakah bayi mengalami tanda-tanda kekurangan zat besi atau tidak.

Apabila hasilnya menunjukkan jika bayi mengalami tanda-tanda kekurangan zat besi maka harus segera diberikan suplementasi.

Berdasarkan penuturan dr. Sindy Atmadja, M.Ked (Ped). Sp.A pemeriksaan ini wajib dilakukan jika tinggal di luar negeri.

Sementara di Indonesia pemeriksaan ini belum diwajibkan, biasanya tenaga medis hanya sekedar menawarkan kepada pasien.

Baca juga: Psikolog: Catcalling Termasuk Kekerasan Seksual walaupun Secara Verbal dan Tidak Menyentuh

ilustrasi bayi yang mengalami kekurangan zat besi, begini penjelasan dr. Sindy Atmadja, M.Ked (Ped). Sp.A (grid.id)

Baca juga: Memahami TB Laten, Seseorang yang Terinfeksi Kuman Tuberkulosis namun Tidak Menimbulkan Gejala

"Itupun yang saya lakukan di rumah sakit tidak semuanya orang Indonesia mampu, saya juga bingung," ungkap dr. Sindy Atmadja, M.Ked (Ped). Sp.A.

Padahal pemeriksaan ini juga tidak mengeluarkan biaya yang mahal, namun fakta di lapangan menunjukkan jika banyak orang Indonesia yang enggan membawa bayinya untuk melakukan screening ini.

Dari pemeriksaan tersebut juga bisa menunjukkan bagaimana kondisi hemoglobin (Hb) anak.

Sehingga dapat disimpulkan jika sebenarnya pemeriksaan ini sangat bermanfaat.

Jika hasilnya menunjukkan tanda-tanda yang tidak sesuai maka dokter bisa melakukan upaya untuk mengatasinya.

Halaman
12