TRIBUNHEALTH.COM - lmu kedokteran telah mengalami transformasi yang sangat mendasar.
Dimasa lalu, aplikasi farmakologi dimulai dengan pemanfaatan herbal dan hasil alam berupa rempah rempah, kemudian berkembang menjadi farmakologi modern berupa ekstraksi bahan aktif dari sebuah produk dengan pendalaman pada farmakodinamik dan farmakokinetiknya, serta efek toksisitas akut dan kronik.
Namun sejak 1 dekade terakhir berkembang sangat pesat, pemanfaatan farmakologi berbasis produk-produk biologi, yang ditopang dengan berkembangnya ilmu biologi modern.
Sehingga aplikasi farmakologi selular dan farmako-genomik menjadi sebuah keniscayaan.
Farmakologi Terapi sel dan genetik, merupakan teknologi pengobatan yang sangat maju dan mutakhir, karena teknologi pengobatan ini memiliki kemampuan memperbaiki akar masalah atau penyebab utama suatu jenis penyakit pada tingkat DNA dan molekuler, dengan keakuratan atau sangat presisi.
Teknologi pengobatan Sel dan Genetik, merupakan pengembangan pengobatan untuk suatu penyakit yang disebabkan oleh faktor genetik yang diakibatkan oleh mutasi genetik atau kondisi herediter.
Penyakit herediter ini diderita oleh jutaan orang di seluruh dunia, bahkan umumnya mengancam jiwa penderita, sehingga termasuk terminal step atau “Hopeless” yaitu kondisi pasien tanpa harapan kesembuhan dan pengobatan.
Baca juga: Jangan Anggap Sepele Infeksi Gigi, drg. Yossy Yoanita Sebut Bisa Mengancam Jiwa Penderitanya
Perkembangan awal terapi sel merupakan terapi yang berfungsi untuk meringankan atau menyembuhkan penyakit melalui transfer sel hidup dan intak.
Terdapat dua jenis sel yang berpotensi terapeutik, yaitu sel punca (stem cell) dan sel imun (immune cell).
Sel punca yaitu sel tak terdiferensiasi yang mampu berproliferasi, memperbarui diri, dan berdiferensiasi menjadi sel jenis lain yang spesifik (specialized).
Pada manusia, sumber sel punca dapat diambil dari dua sumber, dari embrio (embryonic stem cells) dan sel dewasa (adult).
Sel punca bersumber dari blastocyst saat proses embriogenesis berlangsung, atau pada manusia umumnya diambil dari sumsum tulang dan darah.
Sedangkan terapi sel termutakhir, berdasarkan immune cells adalah Chimeric Antigen Receptor T cells (CAR-T), teknologi ini telah mendapat persetujaun FDA.
Pendekatan ini melibatkan modifikasi genetik sel T pada pasien di laboratorium, kemudian sel yang sudah dimodifikasi tersebut, dimasukkan kembali ke dalam tubuh untuk melawan atau mengobati penyakitnya.
Bahkan, dewasa ini Badan POM Amerika (FDA-USA) telah menyetujui 24 produk terapi seluler dan genetik.
Kemudian terapi yang berbasis sel imun yang spesifik adalah penggunaan sel CDs limfosit T (sel sitotoksik).
Sel-sel kanker sering mengembangkan mekanisme resistensi agar tidak terdeteksi oleh sel CDs, sehingga dapat terus memperbanyak diri.
Fisiologi sel CDs yang bertumpu pada pengenalan kompleks major histocompatibility complex (MHC) dan sistem kontrol negative checkpoint sebenarnya diperlukan agar aktivasi sel CDs terjadi pada saat yang tepat (mencegah reaksi autoimun), namun sistem ini pulalah yang dimanfaatkan sel-sel kanker untuk menghindar dari deteksi sel CDs, yaitu dengan modifikasi kompleks MHC dan ekspresi molekul kostimulator di permukaan selnya.
Baca juga: Faktor Genetik adalah Salah Satu Faktor Risiko Kanker Payudara, Simak Ulasan dr. Sumadi Lukman Anwar
Modifikasi MHC akan membuat sel CDs tidak lagi mampu mengenali sel kanker sebagai sel asing, sedangkan ekspresi molekul kostimulator mengaktifkan jalur persinyalan negative inhibitor dan berujung apoptosis sel CDs.
Upaya untuk mengatasi hal itu dengan melakukan modifikasi reseptor antigen permukaan sel CDs pasien secara ex vivo dengan memodifikasi molekul reseptor MHC dan sistem kontrol negative pada checkpoint sel tersebut dan selanjutnya ditransfusikan kembali ke tubuh pasien.