Dalam penelitian tersebut, Kriteria inklusif yang digunakan secara ketat, berupa: (1) diagnosis GBM primer, (2) usia <70 tahun pada saat reseksi tumor, (3) kultur sel GBM, (4) pengumpulan monosit dengan leukapheresis, (5) Status Kinerja Karnofsky (KPS) > 70 setelah pemulihan bedah.
Sel dendritik (DCs) dibedakan dari monosit autolog, kemudian diinkubasi dengan antigen tumor autolog (ATA) dari lisat garis sel GBM untuk menghasilkan setiap vaksin DC-ATA khusus pasien.
Selanjutnya, pasien diberikan dosis 500 mcg granulocyte-macrophage colony-stimulating factor (GM-CSF) pada saat injeksi subkutan pada minggu ke 1, 2, 3, 8, 12, 16, 20 dan 24.
Pasien didaftarkan sesaat sebelum memulai standar temozolomide (TMZ) bersamaan dan terapi radiasi (RT) untuk perawatan intensif setelah pemulihan dari RT/TMZ.
Tingkat keberhasilan Cell Lines adalah 71/73 (97 persen); tingkat keberhasilan monosit adalah 63/65 (97 persen). KPS = rata-rata 83,2.
Tidak ada pasien yang mengalami toksisitas atau keracunan.
Baca juga: Masa Depan Teknologi Farmakologi Terapi Sel dan Genetik
Kesimpulan dari Uji Klinis Fase I/II adalah: Terdeteksi MGMT promoter methylation pada 21 orang pasien (35 persen), juga terdeksi mutated IDH pada 7 orang pasien (12%), dan terdapat keduanya pada 25 orang pasien (42%).
Terdapat peningkatan harapan hidup 14.7 bulan, bahkan 18 bulan pada Overall Survival rates adalah 59% vs. 35% MGMT promotor methylation, 71% vs 40% untuk IDH mutation, 58% vs 32% bagi lainnya.
Sehingga menunjukkan hasil yang sangat signifikan, yang berarti terjadi peningkatan survival rate atau angka harapan hidup yang signifikan pada pasien GBM primer yang diobati dengan AV-GBM-1.
Dalam, UJI KLINIS FASE III: yang bertujuan mengobati Glioblastoma, penyakit yang sangat berat dan merupakan penyebab kematian primer (the most lethal primary brain cancer).
Bahan yang menjadi obyek penelitian fase tiga ini adalah autologous tumor lysate-loaded dendritic cell vaccine (DCVax-L) dibandingkan dengan pengobatan standard of care (SOC) Glioblastoma, dalam memperpanjang angka harapan hidup (survival among patients) pada pasien glioblastoma.
Uji Klinis fase 3 ini, bersifat: prospektif, externally controlled nonrandomized trial dibandingkan dengan overall survival (OS) pada pasien-pasien yang baru terdiagnosis “newly diagnosed glioblastoma (nGBM)” dan pasien pasien rekuren “recurrent glioblastoma (rGBM)” yang diobati dengan DCVax-L plus SOC vs. standar SOC sebagai Kontrol.
Uji Klinis ini bersifat internasional, multi senter yang dilaksanakan di 94 senter penelitian dari 4 negara didunia, dan berlangsung dari Agustus 2007 s/d September 2021.
Pelaksanaan uji klinis fase 3 ini, berlangsung dengan pemberian DCVax-L plus SOC temozolomide.
Untuk kasus baru nGBM dibandingkan dengan kontrol yaitu pasien yang menerima SOC temozolomide dan placebo; Demikian juga dengan kasus rekuren (rGBM) mendapatkan obat standar yang telah disetujui untuk rGBM.
Berdasarkan data akhir primer dan sekunder dibandingkan hasil akhir dari semua overall survival (OS) gabungan nGBM and rGBM, demikian pula dibandingkan secara konprehensip sesuai populasi dan secara ramdom uji klinis fase 3, didapatkan hasil sebagai berikut: Total 331 pasien yang mengikuti uji klinis, dengan 232 pasien mendapatkan DCVax-L dibandingkan 99 pasien merupakan placebo group, Hasilnya berupa: Median OS (mOS) untuk 232 pasien yang nGBM menerima DCVax-L sebesar 19.3 (95% CI, 17.5-21.3) bulan, dan (22.4 months from surgery) vs 16.5 (95% CI, 16.0-17.5) bulan untuk kontrol pasien (HR = 0.80; 98% CI, 0.00-0.94; P = .002).
Survival 48 bulan 15.7% vs 9.9%, dan 60 bulan, sehingga 13.0% vs 5.7%.
Ada 64 pasien dengan rGBM menerima DCVax-L, mOS adalah 13.2 (95% CI, 9.7-16.8) dari yang mengalami relapse vs 7.8 (95% CI, 7.2-8.2) bulan disbanding control (HR, 0.58; 98% CI, 0.00-0.76; P < .001).
Survival pada 24 dan 30 bulan setelah mengalami rekuren adalah 20.7% vs 9.6% dan 11.1% vs 5.1%, secara berurutan.
Berdasarkan data diatas, terjadi peningkatan perpanjangan usia dan harapan hidup pada pasien nGBM yang menerima methylated MGMT & DCVax-L disbanding dengan kontrol (HR, 0.74; 98% CI, 0.55-1.00; P = .03).
Baca juga: Rahang Bawah yang Kurang Berkembang Bisa Menyebabkan Seseorang Ngorok Ketika Tidur