TRIBUNHEALTH.COM - Penggunaan retainer kerap disamakan dengan fungsi clear aligner.
Padahal retainer dan clear aligner memiliki fungsi yang berbeda.
drg. Deviana Maria Anastasia mengatakan, bahwa retainer merupakan alat untuk menjaga susunan gigi setelah melakukan perawatan orthodonti.
Baca juga: Ketika Gigi Bungsu Mengalami Impaksi, Maka Rasa Sakit yang Dirasakan Bisa Menjalar ke Semua Gigi
"Jadi setelah pakai behel, aligner, step terakhirnya memakai retainer untuk menjaga gigi agar tidak bergerak lagi," kata Deviana dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Kompas TV.
Karena pada saat perawatan orthodonti, tulang yang menjadi penumpu gigi harus agak lembut.
Sehingga sembari menunggu tulang menjadi padat dan keras kembali, diperlukan retainer.
Untuk itu, reatiner tidak bisa dikatakan sebagai pilihan utama dalam mengatasi gigi rata namun hanya bermanfaat untuk memelihara kondisi gigi pasca perawatan orthodonti.
Metode Merapikan Gigi
Memiliki gigi rapi bagi sejumlah orang adalah suatu harapan.
Baca juga: drg. Ardiansyah Imbau untuk Melakukan Kontrol Setiap 2 Minggu Sekali Pasca Operasi Bedah Rahang
Terlebih bila memiliki gigi yang tidak rata sehingga membutuhkan perawatan khusus.
Untuk memperoleh kondisi gigi rapi, ada beberapa cara yang bisa ditempuh. Antara lain:
1. Behel atau kawat gigi
Prosedur pemasangan behel gigi ini bisa dilakukan sejak usia 12 hingga 13 tahun.
Lakukan tindakan pemasangan behel gigi jika gigi geraham sudah tumbuh.
Namun tentu saja, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter gigi.
2. Clear aligner
Clear aligner adalah cara baru untuk merapikan gigi.
Baca juga: drg. Deviana Maria Jabarkan Dampak Miliki Gigi Berantakan, Mulai Bau Mulut hingga Gigi Berlubang
Alat ini berbahan transparan seperti plastik sehingga mudah dilepas pasang.
Semua kasus bisa menggunakan clear aligner namun perlu mendapatkan arahan dari dokter.
Mengingat setiap orang memiliki struktur gigi yang berbeda-beda.
Keuntungan Gigi Rapi
Memiliki gigi rapi tentunya menjadi keinginan hampir setiap orang.
Pasalnya dengan memiliki gigi rapi, maka tak perlu membutuhkan perawatan yang cukup beragam di dokter gigi.
Disamping itu, ada banyak keuntungan memiliki gigi yang rapi.
Baca juga: drg. Angela Bunga Sampaikan Faktor Penyakit dan Cara Menjaga Kesehatan Lidah
Sejumlah keuntungan tersebut antara lain:
- Gigi dan Gusi lebih bersih
- Membersihkan Gigi jadi lebih mudah
- Karang gigi tidak terlalu banyak
Dampak Gigi Tidak Rapi
Gigi berantakan sering diidentifikasi sebagai gigi maju atau tidak rapi.
Kondisi ini bila tak segera diatasi, maka bisa menimbulkan sejumlah dampak yang tak menyenangkan bagi si pemilik raga.
Baca juga: Membersihkan Lidah Bisa Melalui Sikat Gigi, Ini Cara yang Perlu Dipahami dari drg. R. Ngt. Anastasia
Sejumlah dampak memiliki gigi berantakan antara lain:
- Kurang percaya diri
- Mudah terselip makanan
- Gigi cepat berlubang
- Timbul penyakit gusi
- Lebih mudah menyebabkan bau mulut.
Tentunya bila risiko di atas terus dialami semakin membutuhkan biaya penanganan yang lebih besar.
Penyebab Gigi Tidak Rapi
Masalah gigi tidak rapi yang terjadi Indonesia seringkali disebabkan oleh kebiasaan buruk yang dilakukan sejak kecil.
Di antaranya seperti:
Baca juga: Hindari Keluhan Bau Mulut dengan Rutin Membersihkan Area Gigi dan Lidah
1. Menghisap jempol
Menghisap jempol dari bayi sampai umur 4-5 tahun bisa menyebabkan gigi maju ke depan.
Gigi maju ke depan atau gigi tonggos ini terjadi karena terdorong oleh ibu jari.
2. Minum susu botol terlalu lama
Minum susu botol terlalu lama bisa mencetuskan gigi tidak rata.
3. Gigi susu berlubang yang langsung dicabut
Gigi susu yang berlubang lalu langsung dicabut, sementara gigi permanen belum tumbuh maka akanmenyebabkan gigi susu disampingnya saling berdekatan.
Akhirnya menyebabkan terjadibnya penumpukan antar gigi.
Baca juga: Alasan Diperlukan Pencabutan Gigi, Dokter Gigi: Adanya Gigi Berlubang yang Tidak Bisa Ditambal Lagi
"Waktu gigi permanen mau tumbuh sementara gigi susu di atasnya sudah berdekatan maka gigi permanen tumbuh di belakang gigi."
"Jadinya gigi berantakan dan saling bertumpukan satu sama lain," jelas Deviana.
Penjelasan drg. Deviana Maria Anastasia ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Kompas TV.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)