Paling sering ditemui adalah masalah gigi goyang.
Jika anak mengalami gigi goyang, tak sedikit orangtua cemas terhadap tindakan apa yang sebaiknya segera dilakukan.
Pada masyarakat luas, umumnya dalam menghadapi gigi goyang terdapat 2 cara.
Yakni dicabut dan dibiarkan saja. Lantas di antara keduanya mana yang lebih baik dilakukan?
Baca juga: Dokter Sebut Pasca Operasi Bedah Rahang Pasien Akan Dipasangkan Alat untuk Memperkuat Posisi Gigi
Berdasarkan pernyataan Lina, sebaiknya dalam mengatasi permasalahan gigi anak lekas membawanya ke dokter.
Dokter akan memperhatikan kondisi kesehatan rongga mulut anak, khususnya pada gigi.
Jika misalnya ditemukan gigi depan pada rahang bawah goyang, maka dokter akan menelusuri penyebabnya.
Mungkinkah penyebabnya dilatarbelakangi oleh resorpsi akar gigi sulung.
"Artinya akar gigi anak menjadi terkikis, makanya goyang," jelas Lina.
Kegoyangan gigi pada anak memiliki 4 derajat. Jika derajat 1 artinya kegoyangan masih sedikit.
Baca juga: Prematur Kontak Pasca Rekonstruksi Gigi, Bisakah Segera Diatasi? drg. Hendra Nur Sp. Pros Menjawab
Namun jika gigi goyang sudah berlanjut pada derajat 3 atau 4, maka orangtua bisa segera melakukan pencabutan gigi secara mandiri.
Bisa juga dengan mengarahkan anak mengonsumsi buah apel agar giginya terlepas sendiri.
Namun tentu kondisi di atas telah menunjukkan bahwa gigi sudah waktunya tanggal.
Lebih lanjut, jika gigi pada rahang belakang akibat fraktur (pecah), sedangkan belum waktunya gigi diganti, maka jangan lakukan pencabutan.
Lantaran kondisi tersebut belum menunjukkan gigi goyang.
Kontrol ke Dokter Gigi
Masyarakat pada umumnya baru datang ke dokter gigi jika sudah mengalami masalah gigi.
Yakni seperti merasakan rasa ngilu hingga timbul bengkak pada gigi.
Padahal sebaiknya, jangan tunggu sakit gigi baru datang ke dokter gigi.
Baca juga: 7 Kebiasaan Sepele yang Buruk untuk Kesehatan, Termasuk Membunyikan Jari dan Gigit Kuku
Karena berdasarkan anjuran Lina, sedikitnya datang ke dokter gigi adalah 6 bulan sekali untuk memeriksakan kondisi gigi.