5 Fakta Menarik Onikofagia, Kebiasaan Gigit Kuku yang Dikaitkan dengan Gangguan Jiwa

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Melia Istighfaroh
ILUSTRASI - Fakta menarik kebiasaan gigit kuku

TRIBUNHEALTH.COM - Kebiasaan menggigit kuku atau  yang disebut onikofagia adalah kondisi umum di mana individu terbiasa menggigit kuku dan daerah sekitarnya.

Orang dapat mengembangkan perilaku ini karena sejumlah alasan, dan itu dapat menyebabkan masalah kesehatan.

Onikofagia menggambarkan jenis perilaku berulang yang berfokus pada tubuh atau body-focused repetitive behavior (BFRB) yang melibatkan kerusakan pada kuku karena kebiasaan menggigit.

Beberapa orang mungkin juga menyebut menggigit kuku sebagai stereotip motorik.

BFRB menggambarkan perilaku yang dapat dilakukan seseorang untuk mengurangi stres.

Stereotip motorik menggambarkan gerakan berulang yang tampaknya tidak memiliki tujuan.

Dilansir TribunHealth.com dari Medical News Today (MNT) berikut ini sederet fakta menarik mengenai kebiasaan menggigit kuku.

1. Banyak terjadi

ILUSTRASI - Fakta menarik kebiasaan gigit kuku (Pexels)

Ini umum terjadi pada anak-anak, meski dapat berlanjut hingga dewasa.

Menggigit kuku mempengaruhi 20-30 persen dari populasi umum.

Namun, bukti menunjukkan bahwa itu lebih sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, mempengaruhi sekitar 37 persen dari mereka yang berusia 3–21 tahun.

Kemungkinan komplikasi dari menggigit kuku termasuk infeksi gastrointestinal, infeksi kulit, masalah gigi, dan perubahan penampilan kuku.

Baca juga: Warna Kuku Bisa Jadi Tanda Tingginya Kadar Kolesterol dalam Darah

Karena itu, banyak orang mungkin mencoba mengelola perilaku ini.

Beberapa orang mungkin menemukan bahwa terapi membantu mereka berhenti menggigit kuku.

Orang lain mungkin lebih suka strategi seperti memotong atau menutupi kuku atau mengoleskan cat kuku yang rasanya pahit.

2. Penyebab beragam, termasuk stres

ilustrasi seseorang yang stres (freepik.com)

Tidak ada penyebab tunggal dari menggigit kuku, dan para peneliti percaya bahwa banyak faktor yang berbeda dapat mendorong seseorang untuk mengembangkan onikofagia.

Misalnya, ada bukti bahwa onikofagia dapat menjadi respons terhadap berbagai stres, seperti stres terkait sekolah atau masalah keluarga.

Onikofagia juga dapat mengindikasikan gangguan psikologis yang mendasarinya, seperti kecemasan.

Baca juga: Anemia Defisiensi Besi Dapat Sebabkan Kuku Rapuh dan Berbagai Gejala Berikut

Ada juga bukti yang menunjukkan bahwa onikofagia mungkin memiliki komponen genetik.

Halaman
12