TRIBUNHEALTH.COM - Isolasi sosial dan kesepian dapat meningkatkan risiko stroke dan penyakit jantung, menurut penelitian terbaru.
Hal ini perlu menjadi perhatian mengingat stroke atau serangan jantung bisa mengancam jiwa.
Keduanya adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia.
Sementara stroke ditandai dengan kelemahan lengan, wajah terkulai, dan kesulitan berbicara, serangan jantung dapat menyebabkan ketidaknyamanan dada, nyeri di area lain dari tubuh bagian atas, sesak napas dan tanda-tanda lain termasuk keringat dingin, mual dan pusing.
Untuk mencegah kedua penyakit pembunuh diam-diam ini, penting untuk menyadari semua faktor risiko yang terkait dengan penyakit tersebut, dilansir TribunHealth.com dari India Times.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), faktor risiko utama untuk penyakit jantung dan stroke adalah tekanan darah tinggi, tinggi kolesterol LDL, diabetes, merokok dan paparan asap rokok, obesitas, diet yang tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik.
Mengapa stroke atau serangan jantung mengkhawatirkan?
Stroke dan serangan jantung sering disebut 'silent killer'.
Pasalnya, kedua penyakit tersebut tidak selalu menunjukkan tanda atau gejala awal apapun sehingga menyebabkan kelalaian dan berujung pada kematian.
Sering kali, orang biasanya tidak mengembangkan gejala sampai sudah terlambat dan dalam kasus tertentu, orang salah mendiagnosis gejala atau salah mengira penyakit jinak lainnya.
Baca juga: Pahami Beberapa Hal Mengenai Penyakit Stroke yang Disampaikan oleh Dokter Spesialis Saraf
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko stroke dan serangan jantung
Menurut American Heart Association (AHA), isolasi sosial dan kesepian dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke hingga 30 persen.
Studi yang diterbitkan dalam Journal of American Heart Association, menemukan bahwa kedua faktor ini bisa menjadi prediktor 'signifikan' dari penyakit.
Baca juga: Ketahui Masalah Jantung yang Muncul Ketika Melakukan Olahraga yang Tidak Baik
Crystal Wiley Cene, yang merupakan ketua komite penulis, yang memimpin penelitian tersebut, mengatakan, "lebih dari empat dekade penelitian telah dengan jelas menunjukkan bahwa isolasi sosial dan kesepian keduanya terkait dengan hasil kesehatan yang merugikan."
“Mengingat prevalensi keterputusan sosial di seluruh AS, dampak kesehatan masyarakat cukup signifikan,” tambahnya.
Siapa yang lebih berisiko?
Menurut penulis penelitian, isolasi sosial dan kesepian tampaknya meningkat seiring bertambahnya usia karena faktor-faktor termasuk kehilangan orang yang dicintai dan pensiun.
Namun, penelitian tersebut mencatat bahwa sementara orang dewasa yang lebih tua lebih berisiko, orang yang lebih muda juga berisiko kesepian.
Menurut survei Universitas Harvard, anggota Generasi Z yaitu antara usia 18 dan 22, dianggap sebagai generasi yang paling kesepian.
Baca juga: Deretan Hal yang Harus Dilakukan Saat Kamu Merasa Kesepian
Memahami perbedaan antara isolasi sosial dan kesepian