Adakah Posisi Tidur yang Baik untuk Pasien Stroke? Begini Kata dr. Nilla Mayasari, M.Kes., Sp.KFR-K

Penulis: Putri Pramestianggraini
Editor: Ahmad Nur Rosikin
ilustrasi pasien stroke

TRIBUNHEALTH.COM - Tanpa disadari, penyakit stroke bisa menngintai siapa saja.

Seringkali penyakit stroke dianggap hanya bisa terjadi pada usia lanjut saja.

Nyatanya banyak usia muda mengalami gejala stroke maupun stroke ringan.

Seseorang dengan stroke perlu mendapatkan pengobatan yang tepat dan cepat agar tidak mengalami kejadian fatal.

Stroke merupakan kondisi medis yang menakutkan dan mengancam jiwa, namun begitu pasien mulai pulih, pasien akan mengalami dampak pada kualitas hidup yang disebabkan oleh kerusakan.

Pemulihan stroke tergantung pada pengobatan, recovery spontan, rehabilitasi dan pelayanan sosial karena setiap kasus pasien proses pemulihannya berbeda.

ilustrasi pasien stroke (freepik.com)

Baca juga: Terdapat 8 Orang Tertular Virus Omicron BA.4 dan BA.5 , WHO Sebut Covid-19 di Indonesia Masih Baik

Beberapa pasien stroke mengalami pemulihan spontan, tetapi sebagian besar penderita stroke memerlukan rehabilitasi untuk memulihkan kemampuan fungsionalnya.

Rehabilitasi medis bekerja sebagai tim, yang terdiri atas Dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi, fisioterapis, terapis okupasi, terapis wicara, orthotik prosthetik, psikolog, dan rohaniawan.

Semua profesi ini memiliki kekhususan masing-masing dan bekerja sama dalam penanganan pasien.

Misalnya, terapi okupasi berperan dalam latihan fungsional aktivitas hidup sehari-hari (ADL) dengan menggunakan potensi yang tersisa atau memodulasi gejala sisa, melatih motorik halus, kognitif dan perilaku.

Terapis wicara berperan dalam penanganan pada gangguan fungsional oral motor.

Baca juga: Ketahui Kelebihan dan Kekurangan Pola Asuh Otoriter dari Psikolog Adib Setiawan, S. Psi, M. Psi.

Pasien akan medapatkan terapi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pasien.

Sebagian besar pemulihan fisik setelah stroke terjadi dalam enam bulan pertama.

Namun dapat berbeda di setiap kasus karena adanya beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemulihan fungsional pasien, diantaranya luas dan letak lesi di otak, komorbiditas dan penyulit, usia pasien, motivasi dan personalitas pasien, ada tidaknya komplikasi muskuloskeletal, peran keluarga/ primary care giver, dan tingkat ketersediaan Fasilitas dan SDM Rehabilitasi.

Adanya input (terapi) lebih lanjut dapat mencegah penurunan keadaan umum yang sering terjadi setelah stroke.

Sebenarnya, dengan atau tanpa rehabilitasi, sistem saraf mampu melakukan pola reorganisasi, yakni membentuk sirkuit jaras yang baru, revaskularisasi dan aktivasi jaringan perilesional.

Baca juga: dr. Maria Ratna Andijani, Sp. OG, M.Med Paparkan Beberapa Alternatif Supaya Cepat Hamil

Namun, rehabilitasi membuat pola reorganisasi ini menjadi lebih terarah dengan utilisasi energi se-efisien mungkin.

Adakah posisi tidur yang baik untuk pasien stroke?

Begini penjelasan dr. Nilla Mayasari, M.Kes., Sp.KFR-K.

Nilla adalah seorang Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Konsultan.

Halaman
123