TRIBUNHEALTH.COM - Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyorot pemasaran susu formula yang di anggap 'agresif'.
Hal itu termuat dalam sebuah laporan WHO dan UNICEF.
Kedua lembaga dunia itu mengatakan negara-negara harus menekan pemasaran susu formula yang agresif dan tidak etis.
Salah satu yang disarankan adalah agar susu formula dapat dipasarkan dengan kemasan standar dan polos, dilansir TribunHealth.com dari The Guardian, Selasa (22/2/2022).
Dalam laporan tersebut, Tedros dan Direktur Eksekutif Unicef, Henrietta Fore, tak menampik susu formula diperlukan bagi wanita dan orang tua yang tidak mampu atau tidak ingin menyusui.
Namun tetap saja, sumber nutrisi yang penting adalah air susu ibu.
Baca juga: Apakah Susu Formula dengan Kandungan Hi-Calcium Bisa Mempengaruhi Tinggi Anak? Ini Kata Dokter
Baca juga: Apakah Semua Anak Butuh Susu Formula? Dokter Tegaskan Sebaliknya
Terkhusus lagi bagi ibu di negara-negara berkembang di mana orang tua sering tidak memiliki akses mudah ke air bersih atau persediaan bubuk formula yang cukup.
Menurut kedua lembaga tersebut, hal ini dapat menghasilkan susu yang berpotensi berbahaya, yang justru menyebabkan diare dan kekurangan gizi.
Apa lagi menyusui juga baik untuk kesehatan bayi dan ibu secara menyeluruh, tegas Rollins.
WHO menyarankan agar bayi di mana saja disusui secara eksklusif selama enam bulan pertama dan diberikan ASI bersama makanan padat sampai mereka berusia dua tahun.
Ada produsen susu formula yang dianggap agresif dalam promosi
Dalam sebuah penelitian baru, peneliti mensurvei 8.500 orang tua dan wanita hamil dan 300 petugas kesehatan di delapan negara, termasuk Inggris, Cina, Nigeria, dan Bangladesh.
Ditemukan bahwa industri susu formula senilai $55 miliar (£40.5bn) mengirimkan pesan "menyesatkan, tidak berdasar secara ilmiah."
Banyak di antaranya telah melanggar regulasi tertentu.
Baca juga: Waspada Alergi Protein Susu Sapi Bisa Sebabkan Gizi Buruk, Dokter Ungkap Penanganan yang Tepat
Baca juga: Risiko Karies Susu Botol pada Anak, Mulai dari Ngilu hingga Harus Dirawat di Rumah Sakit
Sejumlah besar pekerja kesehatan internasional telah didekati oleh industri untuk mempengaruhi rekomendasi mereka kepada ibu baru melalui hadiah promosi, sampel gratis, dana untuk penelitian, pertemuan berbayar, acara dan konferensi, dan bahkan komisi dari penjualan, menurut penelitian tersebut.
Produsen susu formula sering melakukan praktik "eksploitatif", yang dimaksudkan untuk memberikan solusi bagi masalah umum bayi, seperti kolik, refluks, dan sulit tidur, tambahnya.
Efek kolektif dari pemasaran ini adalah bahwa orang tua membuat pilihan penting berdasarkan informasi yang salah, kata Rollins.
“Keputusan tentang sesuatu yang mendasar dan berpengaruh seperti pemberian makan bayi harus didasarkan pada informasi yang paling akurat dan benar dan bukan informasi yang entah bagaimana terkait dengan kepentingan komersial dan keuntungan komersial,” tambahnya.
Laporan tersebut tidak membuat rekomendasi resmi WHO, tetapi menyarankan bagaimana negara dapat bertindak, mulai dari undang-undang yang lebih ketat tentang promosi susu formula hingga investasi yang lebih besar dalam program untuk mendukung menyusui, termasuk kebijakan cuti orang tua berbayar.
Baca juga: Cegah Karies Susu Botol yang Berisiko Sebabkan Malnutrisi pada Anak, Ini Pesan Dokter Gigi
Baca juga: Bahaya Memberikan Makanan Bayi Menggunakan Botol Susu, Ini Himbauan dari drg. Wiwik Elnangti Wijaya
Ini menyerukan kepada pemerintah untuk melihat kemungkinan melarang petugas kesehatan menerima sponsor dari perusahaan susu formula, dan memaksa produk untuk dijual dalam kemasan biasa.