Dokter Ungkap Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan Bisa Hidup Normal, Begini Penjelasannya

Penulis: Ranum Kumala Dewi
Editor: Ekarista Rahmawati
Ilustrasi pemeriksaan dokter-simak penjelasan dari dokter mengenai penyakit jantung bawaan pada anak.

Namun jika kurang dari angka 97 &, maka perlu waspada.

Begitu pula bila terdapat perbedaan jarak hasil pengukuran lebih dari 3 %, maka hal ini juga perlu diwaspadai adanya kelainan jantung bawaan pada anak.

Baca juga: Ketahui Macam Penyakit Jantung Bawaan dari Dokter Spesialis Anak Konsultan Kardiologi, Syarif Rohimi

Pemeriksaan ini bisa dengan mudah dilakukan oleh siapapun.

Baik oleh bidan maupun di daerah-daerah tanpa peralatan khusus sekalipun.

"Kita bisa mendeteksi lebih dini penyakit jantung bawaan secara lebih baik," tambah Syarif.

Ilustrasi menjaga kesehatan jantung (tribunnews.com)

Dengan melakukan deteksi secara dini, maka dapat menekan jumlah kasus kematian akibat penyakit jantung bawaan.

Lebih kompleks, pemeriksaan jantung bawaan pada anak bisa dilakukan dengan cara lain selain melalui cek saturasi.

Adalah melalui pemeriksaan Fetal ekokardiografi.

Baca juga: dr. Roro Rukmini : Stunting Bisa Terjadi ketika Anak Masih di Dalam Kandungan dan Setelah Dilahirkan

Merupakan pemeriksaan pada jantung bayi dalam kandungan menggunakan prinsip yang sama dengan pemeriksaan USG.

"Namun perlu kita ingat bahwa janin itu kecil sekali, jadi pasti jantungnya akan sangat lebih kecil," ucap Syarif.

Maka dari itu, untuk melakukan pemeriksaan ini bukan merupakan hal yang mudah.

Ilustrasi konsultasi dokter. (Freepik.com)

Dibutuhkan alat-alat khusus dan keterampilan yang maksimal.

Ia menambahkan, selain pemeriksaan dalam kandungan, deteksi dini penyakit jantung bawaan juga bisa dilakukan sesudah bayi dilahirkan dan pada fase pertumbuhan anak (3 bulan sampai 5/8 tahun).

Baca juga: Angiosarcoma Jantung Bisa Berakibat Fatal, Hanya Bisa Bertahan dalam Hitungan Bulan jika Tak Operasi

Penjelasan Dokter Spesialis Anak Konsultan Kardiologi, Syarif Rohimi ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV, Selasa (6/4/2021).

(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)