Jadi semakin dewasa dan semakin banyak berat badan, maka transfusi yang dibutuhkan semakin banyak.
Di dalam transfusi itu ada zat besi yang melayang-layang.
Zat besi kalau di dalam tubuh atau yang kita sebut dengan reseptor, itu cuma segitu-segitu aja. Nggak mungkin bertambah seiring usia.
Baca juga: Menurut dr. Lugyanti Sukrisman Ada Beberapa Kasus Transfusi Darah yang Sebabkan Reaksi Transfusi
Dengan bertambahnya transfusi, maka makin banyak zat besi yang melayang-layang.
Zat besi yang melayang dan tidak ditangkap oleh reseptor tubuh, kita takutkan bisa di jantung.
Jadi yang tadi degupnya dup dup dup, tetapi karena terlalu banyak zat besi didalamnya, maka akan melemah lalu lama-lama tidak berdetak.
Maka angka kematian paling banyak terhadap Talasemia adalah Kardiomiopati atau kelainan dari jantung itu sendiri.
Salah satu tata laksana selain transfusi adalah pengikat zat besi.
Obat ini harus dimakan seumur hidup, begitu pula dengan transfusi.
Baca juga: Perdarahan Gusi Bersifat Spontan Selain Akibat Gingivitis Bisa Dikarenakan Adanya Kelainan Sistemik
Dia butuh transfusi, tetapi transfusi juga bisa menyebabkan risiko.Jadi dia harus rajin makan obat sejak kecil.
Kepatuhan ini yang membuat penderita menjadi dilema. Karena semakin bertambah usia, dia akan semakin malas dan bosan.
Maka akhirnya efeknya mengalami kematian akibat kelebihan zat besi.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)