TRIBUNHEALTH.COM - Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Penyakit Tropik dan Infeksi, Robert Sinto menyebutkan bahwa ibu hamil dan bayi meurpakan populasi rentan terkena penyakit malaria.
Hal tersebut bisa terjadi lantaran kekebalan tubuh yang dimiliki oleh ibu hamil dan bayi tidak seperti orang pada umumnya.
Jadi ya ibu hamil dan bayi memang lebih rentan," ujarnya dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV.
Baca juga: Sama-sama Akibat Gigitan Nyamuk, Ini Perbedaan Malaria dan Demam Berdarah menurut Dokter
Kemudian, berhubungan dengan prinsip pencegahan malaria yaitu Chemoprophylaxis.
Pada prinsip Chemoprophylaxis ini tidak bisa diterapkan pada ibu hamil dan anak-anak.
Chemoprophylaxis merupakan suatu keadaan tertentu, yang memungkinkan seseorang dapat mengonsumsi obat agar tercegah dari gigitan malaria.
Baca juga: dr. Mustopa, Sp.PD Paparkan Hal-hal yang Perlu Diperhatikan jika Terjangkit Demam Berdarah
Oleh karena itu, bila ibu hamil dan bayi berada di kawasan tinggi terjangkit malaria menjadi rentan menderita malaria.
"Jadi lebih rentan dibandingkan dengan populasi dewasa muda pada umumnya," terang Robert.
Proses Malaria
Malaria terjadi karena gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi dengan Plasmodium.
Kemudian masuk ke dalam tubuh dan terdapat masa inkubasi hingga akhirnya memunculkan sejumlah gejala.
Masa inkubasi infeksi malaria mencapai waktu sekitar 2 hingga 3 minggu.
"Jadi antara infeksi masuk sampai gejala muncul dalam waktu rata-rata 14 hari," ungkap Robert.
Prinsip Pencegahan Malaria
Dalam pencegahan penyakit malaria terdapat 4 prinsip yang dinamakan dengan ABCD.
1. Awareness
A adalah awareness. Perlu untuk menyadari apakah kita berada di lingkungan maria.
Bila berada di lingkungan tersebut, pastikan apakah memang kita perlu berada di lingkungan tersebut.
Baca juga: Apakah Malaria Penyakit Menular? Ini Kata dr. Robert Sinto, Sp.PD, KPTI
2. Bite Prevention
Yaitu mencegah gigitan.