Sudah Divaksin, Eks Menlu AS Meninggal Akibat Covid-19, Ahli: Bukan Berarti Vaksin Tak Bekerja

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Melia Istighfaroh
Dalam file foto yang diambil pada tanggal 5 Februari 2003, Menteri Luar Negeri AS Colin Powell memegang botol yang katanya ukuran yang dapat digunakan untuk menahan antraks saat ia berbicara kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa di PBB di New York.

Meski telah mendapatkan vaksin, beberapa orang berisiko tetap mengalami komplikasi parah jika terinfeksi virus corona.

Dr. Wen menyebut mantan Menlu AS adalah salah satunya.

"Ya, dan berdasarkan apa yang telah dipelajari, Jenderal Powell termasuk dalam kategori itu," paparnya.

"Kita tahu bahwa individu yang lebih tua dan memiliki kondisi medis yang mendasari lebih mungkin menderita penyakit parah dan meninggal setelah infeksi terobosan."

"Mereka yang berisiko tertentu adalah orang-orang yang kekebalannya terganggu."

"Memiliki multiple myeloma akan menempatkan Jenderal Powell ke dalam kategori ini, dan, selain usianya yang lebih tua, akan menambah tingkat risiko," tandasnya.

Perlunya booster

Ilustrasi vaksinasi. Petugas kesehatan menyuntikan vaksin COVID-19 pada warga. (TRIBUNNEWS/Jeprima)

Baca juga: Ibu Hamil Lebih Berisiko Alami Pendarahan Berat jika Terpapar Covid, Vaksinasi Jadi Kunci Pencegahan

Karena hal inilah pemerintah AS merekomendasikan booster vaksin terhadap kelompok tertentu.

"Kembali pada bulan Agustus, pejabat kesehatan federal merekomendasikan agar orang dengan gangguan kekebalan sedang atau berat, yang memiliki vaksin Pfizer atau Moderna, menerima dosis ketiga vaksin."

"Mereka memperingatkan bahwa bahkan dengan dosis tambahan, individu dengan gangguan kekebalan harus mengambil tindakan pencegahan tambahan."

"Itu karena ini adalah kategori orang yang sangat rentan terhadap hasil yang parah," pungkasnya.

Baca berita lain tentang Covid-19 di sini.

(TribunHealth.com/Nur)