TRIBUNHEALTH.COM - Kebiasaan seseorang menggertakkan gigi saat tidur memang tidak disadari.
Menggertakkan gigi ini dalam istilah lainnya adalah Bruxism.
Bruxism adalah salah satu kondisi ketika seseorang menggertakkan, menggesekkan gigi secara tidak sadar dan menjadi suatu kebiasaan.
Hal ini terjadi karena gangguan komponen sistem pengunyahan akibat aktivitas parafungsional area pengunyahan, gigi dan mulut, dari fungsi normalnya.
Kasus ini banyak dialami, tetapi biasanya yang menyadari hal tersebut bukan sang penderita atau orang lain.
Karena sebagian besar dilakukan pada saat tertidur.
Baca juga: dr. Silvia Handayani: Pentingnya Memelihara Fungsi Kulit dengan Cara Merawatnya
Bruxism terbagi menjadi dua, yaitu:
- Bruxism primer: muncul bukan karena suatu kondisi medis tertentu
- Bruxism sekunder: muncul karena suatu kondisi medis tertentu
Berdasarkan waktu kemunculannya, bruxism juga dibagi menjadi dua jenis:
- Bruxism saat terjaga (awake bruxism) terjadi saat sedang terjada dan tidak disadari serta biasanya pada siang hari
- Bruxism saat tidur (sleep bruxism) terjadi saat sedang tidur
Kasus yang terjadi pada bruxism adalah kasus-kasus yang berlangsung ketika gigi geligi rahang atas bertemu dengan gigi geligi rahang bawah.
Baca juga: Benarkah Kelenjar Getah Bening DIobati Berdasarkan Penyebabnya? Simak Ulasan dr. Eka Ginanjar Sp.PD
Dan biasanya terjadi proses menggigit dengan keras atau mengatupkan rahang atas dan rahang bawah dengan keras yang biasanya menimbulkan suara tertentu.
Ada beberapa tanda yang bisa diberitahukan kepada penderita selain direkam, secara klinis tanda-tandanya sebagai berikut:
- Atrisi, biasanya pada permukaan daya gigit gigi-gigi depan baik rahang atas atau rahang bawah terjadi pengikisan.
Begitupun pada gigi rahang belakang juga terjadi pengikisan.
Ada proses pengurangan enamel pada giginya.
- Afraksi, biasanya terjadi pada area yang dekat dengan langit-langit kepala tinal
Baca juga: Penerapan Pola Makan Seimbang untuk Mencukupi Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil
- Fraktur (gigi yang pecah)
Akibat terjadinya proses bruxism, karena terjadi pengurangan atau hancurnya lapisan pertama gigi sehingga membuka lapisan kedua gigi dentint.
Maka pasien bisa mengalami kondisi sensitive dentint, rasa ngilu pada giginya.
Hal itu bisa memicu kejadian kelainan jaringan periodontal atau jaringan pendukung gigi.
Termasuk kaus gigi nyeri berkepanjangan ketik gangguannya sudah mencapai area yang melibatkan pulpa gigi.
Temporomandibular joint adalah persendian yang menghubungkan rahang atas dan rahang bawah pada area tersebut, bisa mengalami gangguan atau bisa disebut temporomandibular joint disorder.
Baca juga: drg. R. Ngt. Anastasia: Kunjungan Pasien ke Dokter Gigi Bergantung dengan Kasus yang Dialami
Bruxism memiliki pengaruh tidak ideal pada jaringan gigi, jaringan pendukung gigi, pada persendian temporomandibular joint, termasuk pada kondisi keluhan nyeri pada kepala.
Penyebab bruxism:
- Emosi (stress, kemarahan, kecemasan, frustasi)
- Gangguan tidur
- Medikasi (efek samping obat tertentu)
- Gaya hidup
- Masalah pada rahang
Baca juga: Pemakain Botol Susu Terlalu Lama Dapat Mengganggu Pertumbuhan Gigi? Simak Ulasan drg. Munawir Usman
Komplikasi yang bisa terjadi akibat bruxism seperti berikut:
- Kerusakan pada gigi atau dagu
- Sakit kepala
- Rasa sakit pada wajah
- Kelainan di otot temporomandibular, otot yang terletak di depan telinga, yang mungkin terkadang berbunyi saat membuka dan menutup mulut.
Biasanya bruxism tidak memerlukan perawatan medis
Bad habit broxism bisa berimbas tidak ideal bagi kesehatan kita.
Jika bruxism disebabkan oleh kondisi psikologis seperti stres, cemas, marah dan frustrasi, maka berkonsultasilah dengan psikolog, psikiater, atau ahli kesehatan mental lainnya untuk mencari cara mengurangi gangguan psikologis tersebut.
Ini disampaikan di channel YouTube Tribunnews.com dalam acara Sapa Dokter, bersama dengan drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati. Jumat (5/3/2021).
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)