"Haruskah itu benar-benar vaksin dua dosis seperti yang lainnya?"
Di sisi lain, pemberian dosis tunggal memberi keuntungan bagi pihak yang memiliki akses terbatas.
Kendati demikian, munculnya varian baru seperti beta dan delta memunculkan keraguan di masyarakat.
Satu dosis vaksin AstraZeneca jauh kurang efektif terhadap varian baru dari pada dua dosis, dan para ahli khawatir vaksin Johnson & Johnson mungkin serupa.
Hal ini kemudian memunculkan diskusi mengenai booster, atau dosis tambahan.
Studi baru membahas beberapa kekhawatiran tersebut.
Para peneliti melacak respon imun pada sukarelawan 29 dan 239 hari setelah inokulasi pertama.
Sepuluh dari peserta penelitian hanya menerima satu dosis Johnson & Johnson.
Baca juga: Kedatangan Vaksin Sinopharm Menambah Jenis Vaksin, Indonesia Diharap Segera Mencapai Herd Immunity
Sementara 10 lainnya mendapat dosis kedua Johnson & Johnson atau vaksin mRNA.
Sementara tingkat antibodi darah yang dihasilkan setelah imunisasi dengan Pfizer-BioNTech atau Moderna turun setelah lonjakan awal, antibodi — dan sel kekebalan — dirangsang oleh vaksin Johnson & Johnson bertahan pada tingkat tinggi.
Penelitian lain, bagaimanapun, telah menunjukkan bahwa respon imun yang dihasilkan oleh vaksin mRNA juga cenderung bertahan selama bertahun-tahun.
Dosis kedua Johnson & Johnson meningkatkan tingkat antibodi masih lebih tinggi.
Penguat mRNA meningkatkannya lebih jauh, meskipun jumlah di setiap kelompok terlalu kecil untuk signifikan secara statistik.
Delapan bulan setelah inokulasi Johnson & Johnson, antibodi peserta juga tampak lebih efektif melawan varian dari pada tanda satu bulan.
Satu peserta yang mendapat dosis tunggal terinfeksi virus corona.
Kurangnya informasi tentang respon imun terhadap vaksin Johnson & Johnson telah membuat banyak orang berspekulasi bahwa mereka mungkin memerlukan suntikan kedua, dosis vaksin mRNA.
Tetapi temuan baru menunjukkan bahwa setidaknya untuk saat ini, orang yang menerima vaksin Johnson & Johnson tidak membutuhkan booster.
Baca berita lain tentang Covid-19 dan vaksinasi di sini.
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)
Baca tanpa iklan