TRIBUNHEALTH.COM - Akalasia merupakan kelainan pada saluran kerongkongan.
Akalasia termasuk kelainan langka yang jarang terjadi.
Pada kondisi normal, otot-otot kerongkongan berkontraksi untuk memeras makanan ke arah perut.
Sebuah cincin otot di ujung kemudian rileks untuk membiarkan makanan masuk ke perut.
Pada kasus akalasia, otot-otot di kerongkongan tidak bersentuhan dengan benar, sebagaimana diberitakan TribunHealth.com dari laman resmi National Health Service (NHS) Inggris, Senin (2/7/2021).
Cincin otot bisa gagal terbuka dengan benar, atau tidak terbuka sama sekali.
Baca juga: Dokter Tegaskan Jika Konsumsi Serat Sangat Diperlukan dalam Proses Pencernaan
Baca juga: Mengenal Bulimia, Gangguan Memuntahkan Makanan karena Ingin Bentuk Tubuh yang Ideal
Akibatnya makanan dan minuman tidak bisa masuk ke perut dan menjadi macet.
Sederhananya, pada akalasia otot kerongkongan tak mampu mendorong makanan menuju lambung.
Penyebab
Penyebab pasti akalasia belum diketahui.
Namun masalah ini diperkirakan terjadi ketika saraf di kerongkongan menjadi rusak dan berhenti bekerja dengan baik.
Itulah sebabnya otot dan cincin otot tidak bekerja.
Pada beberapa orang, ini mungkin terkait dengan infeksi virus.
Dalam kasus yang jarang terjadi, akalasia dapat diturunkan dalam keluarga.
Gejala
Baca juga: Penyebab dan Gejala Asma, Selain Mengi juga Rasakan Sesak di Area Dada
Tak semua penderita akalasia bergejala.
Tetapi kebanyakan akan kesulitan menelan makanan atau minuman, dikenal sebagai disfagia.
Secara bertahap, kemampuan menelan menjadi kian sulit dan menyakitkan.
Pada satu titik, bukan tidak mungkin penderita tak bisa menelan sama sekali.
Baca juga: Saya Tiba-tiba Berdebar saat Berdiri Mendadak, Apakah Jadi Tanda Sakit Jantung Dok?
Beberapa gejala lain, sebagai berikut.
- Makanan dimuntahkan
- Tersedak dan batuk
- Sakit dada
- Infeksi dada berulang
- Penurunan berat badan secara bertahap tetapi signifikan
Dalam jangka panjang, akalasia meningkatkan risiko kanker kerongkongan.
Artinya, penting untuk segera mendapatkan perawatan yang tepat, meski gejala tak terlalu mengganggu kehidupan sehari-hari.
Baca berita lain tentang kesehatan umum di sini.
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)