Kenali Gejala Hemofilia Agar Waspada Terhadap Kelainan Langka Pada Darah

Penulis: Dhiyanti Nawang Palupi
Editor: Melia Istighfaroh
Ilustrasi seseorang menderita hemofilia

Hemofilia terbagi menjadi dua jenis.

Ilustrasi mengenal penyakit hemofilia (Tribunnews.com)

Ada tipe A, yaitu kekurangan faktor VIII yang biasa disebut sebagai hemofilia klasik.

Dan tipe B, dimana kekurangan faktor pembekuan darah IX.

Sehingga jika terjadi pendarahan, darah tidak bisa membeku.

Akibatnya terjadi pendarahan yang sulit diatasi dan dapat mengancam jiwa.

Gejala lain yang dapat ditimbulkan adalah seringnya terjadi pendarahan di sendi dan otot.

Jika penanganan tidak optimal, sendi tersebut berpotensi mengalami kerusakan.

Apabila rusak, bisa cacat.

Jika cacat tidak bisa berjalan, bergerak, hingga mengganggu kehidupan.

Kondisi yang menyebabkan seseorang kekurangan produksi faktor VII maupun IX adalah terjadinya kerusakan gen.

Seluruh sistem fungsi tubuh manusia di atur oleh gen.

Baca juga: Dok, Aman atau Tidak Jika Saya Berenang Di Kolam Renang Umum Saat Pandemi?

Baca juga: Dok, Apa yang Harus Kita Lakukan Pada Orang Tanpa Gejala (OTG)?

Gen yang berfungsi mengatur produksi faktor VIII dan IX mengalami kerusakan karena suatu sebab yang belum diketahui.

Bisa karena diturunkan, bisa juga karena suatu mutasi spontan.

Karena adanya suatu proses yang terjadi selama kehamilan.

Sehingga bayinya lahir dengan kelainan hemofilia.

Saat ini ada sekitar 2.700 kasus di Indonesia yang sudah tercatat terkait dengan kelainan hemofilia.

Seharusnya berdasarkan perhitungan statistik berdasarkan jumlah penduduk Indonesia sekitar 260 juta ada sekitar 25.000 penderita hemofilia.

Memang di Indonesia masih menghadapi masalah under diagnosis untuk kasus hemofilia.

Masih banyak masyarakat yang belum paham gejala dan pemeriksaan hemofilia.

Ilustrasi pemberian suntikan terhadap penderita hemofilia (health.kompas.com)

Hemofilia terbagi menjadi beberapa derajat.

Halaman
123