Breaking News:

Remaja Perlu Memperhatikan Gaya Hidup untuk Menghindari Terjadinya Obesitas

Obesitas atau berat badan berlebih di atas normal tak hanya dialami oleh orang dewasa saja, tapi juga bisa terjadi pada anak-anak.

Penulis: Putri Pramestianggraini | Editor: Melia Istighfaroh
Tribunnews.com
Ilustrasi obesitas karena pola hidup yang tidak bagus 

TRIBUNHEALTH.COM - Saat ini bagaimana data kenaikan jumlah penderita obesitas dan paling banyak di rentang usia berapa?

Founder dan Chief executive officer CISDI, Diah Satyani Saminarsih menyampaikan tanggapannya pada tayangan YouTube Kompas.com

"Jadi penelitian CISDI itu berfokus kepada anak remaja terutama, karena rentang usianya di mana dia harus produktif, memasuki usia produktif dalam jangka waktu yang panjang.," ujar Diah Satyani

Ilustrasi obesitas karena pola hidup yang tidak bagus
Ilustrasi obesitas karena pola hidup yang tidak bagus (Tribunnews.com)

Baca juga: Ketahui Berat Badan yang Dikategorikan Obesitas pada Anak-anak dan Orang Dewasa

Untuk data, prevalensi obesitas dari tahun 2013 itu ada 14.5 persen dan meningkat di tahun 2018 sudah 21.8 persen. Jadi itu sangat signifikan, dan terutama kita lihat juga sejak pandemi bermulai ya, dari tahun 2020 itu gaya hidup berubah total, hampir total dan itu gaya hidup yang cenderung ramah terhadap kelebihan berat badan ini," lanjutnya

Gaya hidup yang pasif, haya hidup sedentary yang menjadi risiko seseorang mengalami kenaikan berat badan menjadi lebih meningkat.

"Jadi itu yang membuat kenaikan ini cenderung  amat sangat signifikan di usia remaja," imbuhnya

Baca juga: PCOS Tak Hanya Terjadi pada Wanita Obesitas, Tubuh Kurus pun Bisa Mengalaminya

Apakah pesan untuk orangtua agar anak tidak obesitas?

"Saya sudah bilang memang ada kemungkinan terlahir dengan sebuah kelainan tertentu, dimana metabolisme nya jadi lebih lambat,ada kelainan bawaan dari lahir. Jadi mungkin kasus tersebut lebih ke arah sana," jelas Diah Satyani

Tapi itu juga ditunjang oleh gaya hidup yang salah,, sehingga cenderung mengkonsumsi makanan dan minuman yang manis (MBDK) yang harusnya tidak boleh diberikan orangtua pada anak-amak.

"Harusnya bisa mengolah pangannya sendiri, level gulanya turun, level garamnya turun, level lemaknya juga dijaga walaupun anak-anak kecil di usia tertentu membutuhkan lemak di dalam badannya, tapi tetap harus dijaga.

Baca juga: Masalah Obesitas Bisa Menjadi Pemicu PCOS, Imbangi dengan Olahraga dan Jaga Pola Hidup Sehat

2 dari 2 halaman

Tapi kalau pesan untuk orangtua ya sebisa mungkin atau sebaiknya mencoba mengolah makanan yang sehat untuk anak-anaknya dan membiasakan anak-anak untuk makan dan minum yang berpemanis kemasan," ujarnya

Tak hanya anak-anak, remaja pun juga perlu seperti itu.

Di usia remaja sudah ada autonomi, jadi remaja beraktivitas secara independen di luar rumah memutuskan sendiri konsumsi apa yang akan dijalankan.

"Remaja ini juga sama himbauannya, hindarilah MBDK, jangan MBDK dan perhatikan selalu di kemasan kandungan gula, garam dan lemak di dalam tiap kemasan makanan yang dibeli." pungkas Dian Satyani

Ini disampaikan pada channel YouTube Kompas.com, bersama dengan Diah Satyani Saminarsih , Founder dan Chief executive officer CISDI.

(TribunHealth.com/PP)

Selanjutnya
Tags:
Tribunhealth.comgaya hidupobesitasBerat Badan Dhawank Delvi Operasi Bariatrik
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved