TRIBUNHEALTH.COM - Usaha Pemerintah untuk terus menurunkan kasus stunting di Indonesia akhirnya membuahkan hasil.
Kementerian Kesehatan mengumumkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) di mana prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4 persen di tahun 2021 menjadi 21,6 persen di 2022.
Adapun angka stunting di Indonesia konsisten menurun sejak 2013 yang berada pada 37,2 persen.
Baca juga: Cegah Stunting, Kemenkes Serukan Pentingnya Pemberian Protein Hewani pada Anak di Bawah 2 Tahun
Kemudian, kembali menurun pada tahun 2016, 2018, 2019, 2021 hingga saat ini di tahun 2022 berhasil menyentuh angka 21,6%.
Dilansir Tribunhealth.com dari situs resmi Indonesiabaik.id data Ini merupakan penurunan terbaik atau yang terendah dalam sedekade terakhir.
Pemerintah menargetkan penurunan angka stunting menjadi 14% pada akhir 2024. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah harus mengupayakan penurunan angka stunting sebesar 3,8% setiap tahunnya.
Stunting di Provinsi Indonesia
Ada sejumlah provinsi yang berhasil menurunkan angka stunting hingga sekitar 5% pada periode 2021-2022, di antaranya:
Baca juga: Identifikasi 4 Masalah Gizi yang Harus Segera Diatasi agar Prevalensi Stunting Menurun
- Sumatra Selatan turun dari 24,8% menjadi 18,6%
- Kalimantan Utara turun dari 27,5% menjadi 22,1%
- Kalimantan Selatan turun dari 30% menjadi 24,6%
- Riau turun dari 22,3% jadi 17%.
Ada pula dua provinsi yang berhasil menurunkan sekitar 3% angka stunting pada pada periode 2021-2022, yaitu Jawa Barat turun dari 24,5% menjadi 20,2% sementara Jawa Timur turun dari 23,5% menjadi 19,2%.
Sebagai informasi, Hasil SSGI ini untuk mengukur target stunting di Indonesia. Sebelumnya SSGI diukur 3 tahun sekali sampai 5 tahun sekali.
Menkes mengatakan mulai 2021 SSGI dilakukan setiap tahun. Tahun 2022, menggunakan jumlah sampel sejumlah 334.848 bayi dan balita dan pengumpulan data di 486 Kabupaten/Kota pada 33 Provinsi di Indonesia.
Baca juga: Protein Hewani Efektif Cegah Anak Stunting, Prof. dr. Budi Wiweko, Sp.OG Jelaskan Alasannya
TRIBUNHEALTH