TRIBUNHEALTH.COM - dr. S.T. Andreas menyampaikan, yang perlu dicatat adalah bagaimana cara mengobati cacingan.
Tentu kita sudah mengetahui pencegahan dan pengobatan pastinya mengatur pola hidup bersih dan sehat.
Jangan lupa untuk mencuci tangan sebelum makan dan setelah beraktivitas.
Penularan cacingan salah satunya ialah dari tangan.
Orangtua perlu mengajarkan anak cara mencuci tangan yang benar.
Selain itu penularan cacingan bisa melalui sayur dan buah yang tidak dicuci.
Maka hal yang harus dilakukan adalah mencuci sayur dan buah dengan bersih.

Baca juga: Waspada Cacingan pada Anak dan Kenali Komplikasinya, Ini Kata dr. S.T. Andreas M. Ked(Ped), Sp. A
Jika cacingan disebabkan oleh hal lain, maka sangat disarankan untuk memasak secara sempurna jangan hanya setengah matang atau tiga per empat matang.
dr. S.T. Andreas mengatakan, selain itu adanya pemberian obat cacing secara rutin karena daerah kita termasuk daerah endemis kecacingan.
Sehingga sangat wajib diberikan obat cacing setiap 6 bulan sekali.
Seringkali orangtua menanyakan kapan harus ke dokter ketika anak mengalami cacingan.
dr. S.T. Andreas juga menyampaikan, ke dokter sebenarnya karena memang anak-anak rutin setidaknya 3 bulan sampai 6 bulan sekali, maka bisa mengevaluasi gejala-gejala dari awal.
Apabila anak terlihat lesu, mengantuk, dan sering menggaruk-garuk disarankan untuk ke dokter dan meminta obat cacing, jangan membeli obat sendiri.
Baca juga: dr. S.T. Andreas: Gejala Kecacingan Dibedakan Menjadi Dua, yaitu Gejala Umum dan Khusus
Selama masih ada tanah, sayur, buah, dan anak-anak maka cacingan masih ada.
Cacingan disebabkan karena adanya cacing yang bermacam-macam.
Jenis cacing yang dikenal ialah cacaing gelang, cacing kremi, cacing cambuk, dan cacing tambang .
Dari beberapa jenis cacing tersebut yang paling banyak di Indonesia ialah cacing cambuk dan cacing tambang.
Cacing pita bisa ditularkan memalui daging-daging mentah.
Cacingan biasanya anak terinfeksi atau kemasukan cacing lewat banyak hal, salah satunya ialah bermain tanah dan tidak mencuci tangan setelah beraktivitas maupun sebelum makan.
Baca juga: dr. Ayodhia Pitaloka Pasaribu: Sumber Penularan Utama Kecacingan adalah Adanya Kontak dengan Tanah
Gejala anak yang mengalami cacingan dibagi menajdi dua, yakni :
- Gejala umum
Jika mengalami infeksi cacingan yang terjadi ialah anak tidak nafsu makan, lesu, tidak bersemangat, mengantuk dan pucat.
- Gejala khusus
Gejala khusus dari cacingan biasanya anak akan sering merasa gatal didaerah pantat, terutama pada malam hari.
dr. S.T. Andreas menyampaikan bahwa gejala khusus dari cacingan paling sering terjadi, bisa juga disertai diare.
Dari dua gejala tersebut, awalnya gejala yang terjadi tergolong ringan-ringan.
Anak akan terlihat malas, sering mengantuk, jika ada komplikasi biasanya anak terlihat pucat dan lesu.
Baca juga: Dok, Bagaimana Mengatasi Cacingan pada Anak?
dr. S.T. Andreas juga menyampaikan, jika infeksi cacing tidak ketahuan dan tidak diobati dengan baik yang ditakutkan ialah lemah, letih, lesu dan mengantuk merupakan tanda-tanda dari anemia.
Anemia ialah kurang darah dan bisa terjadi karena cacing tersebut bisa masuk ke dalam usus, bisa merusak atau menyerap nutrisi yang ada.
Karena cacing berada didalam usus, bisa terjadi diare,
Cacing yang menempel diusus, bisa terjadi komplikasi yaitu perdarahan pada usus.
dr. S.T. Andreas mengatakan, yang paling bahaya ialah merusak semua usus dan penyerapan semua nutrisi hilang.
Anak yang sudah banyak mengonsumsi makanan tetapi tidak bisa gemuk, otomatis tidak ada penyerapan, terjadinya gizi kurang dan yang plaing terkenal sekarang adalah stunting.
Baca juga: Benarkah Cacingan Tidak Hanya Terjadi pada Anak-anak? Berikut Ulasan Dokter
Kondisi ini bisa terjadi jika tidak segera ditangani dengan cepat dan tepat.
Komplikasi akibat cacingan yakni :
- Anemia
- Diare
- Gangguan respon kekebalan tubuh
Komplikasi yang paling ering terjadi ialah bisa sampai mengalami gizi buruk dan juga menyebabkan stunting pada anak.
Ini disampaikan pada channel YouTube KompasTV bersama dengan dr. S.T. Andreas, M. Ked(Ped), Sp. A. Seorang dokter spesialis anak.
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)