TRIBUNHEALTH.COM - Odontektomi adalah operasi pencabutan gigi bungsu impaksi yang terletak di geraham ketiga, biasanya muncul antara usia 17 dan 25 tahun.
Namun biasanya dokter gigi tidak dengan mudah memberikan izin untuk dilakukan odontektomi karena risiko dan komplikasi yang ditimbulkan cukup banyak.
Pasalnya tindakan ini harus dilakukan oleh dokter gigi yang berkompeten dan dengan indikasi yang tepat.
Risiko odontektomi
1. Pendarahan
2. Pembengkakan
Risiko yang bisa terjadi adalah pendarahan hingga pembengkakan.
Pembengkakan yang terjadi biasanya terjadi setelah tindakan operasi.
Baca juga: drg. Nabilah Aulia Paparkan Perawatan untuk Mengatasi Keluhan Gigi Kuning
Pernyataan ini disampaikan oleh Dokter Gigi, drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribunnews Bogor program Sapa Dokter edisi 11 Maret 2022.
Baca juga: Kenali Dampak Jangka Panjang Karies Gigi pada Anak yang Disampaikan Dr. drg. Tri Setyawat M.Sc
3. Nyeri hebat
Tak hanya itu saja, pasien juga bisa mengalami nyeri hebat, trismus atau mulut tidak bisa membuka, parastesia atau rasa baal karena cedera atau kerusakkan nervus, terjadi infeksi baik kondisi radang pada tulang rahang termasuk risiko kejadian dry socket.
4. Trismus
Trismus ialah keterbatasan pergerakkan rahang yang berhubungan dengan gangguan sendi rahang dan otot-otot wajah di sekitarnya yang mengontrol pergerakkan rahang dan pengunyahan.
Akibat dari trismus yaitu sulitnya membuka mulut dengan normal, sehingga sulit berbicara, mengunyah atau menelan.
5. Rasa baal
6. Infeksi
7. Dry socket
Sementara dry socket ialah nyeri hebat akibat peradangan tulang rahang setelah cabut gigi.
Kondisi ini umumnya muncul 1 sampai 3 hari setelah menjalani cabut gigi dan berlangsung selama 7 sampai 10 hari.
Normalnya, ruang kosong atau socket pada gigi yang telah di cabut akan dilapisi oleh gumpalan darah.
Baca juga: Seberapa Bahayakah Penyakit Stroke bagi Kesehatan? Begini Kata dr. Nilla Mayasari M.Kes. Sp.KFR-K
Baca juga: Segera Atasi Radang Gusi jika Tak Ingin Timbulkan Masalah pada Rahang, Ini Penjelasan Dokter Gigi
Menurut drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati gangguan saraf yang terjadi ada yang bersifat permanen, dalam hitungan minggu hingga bulan ada yang bisa kembali pulih.
Akan tetapi ada juga yang bersifat permanen.
Indikasi odontektomi
"Untuk indikasinya, saya akan sebutkan bahwa sebetulnya kan odontektomi tidak hanya pada gigi geraham terakhir atau gigi bungsu," tuturnya.
Menuruntnya, pada kondisi gigi impaksi yang lain yang memang terindikasi juga bisa dilakukan odontektomi.
1. Gigi yang mati
"Nah, biasanya pada kondisi semisal gigi-gigi yang mati atau nekrosis," ungkapnya.
2. Adanya sisa akar
"Kemudian ada kondisi sisa akar yang masih tertinggal di dalam tulang alveolus sehingga dokter gigi mesti melakukan upaya odontektomi," paparnya.
Baca juga: Anak Terlanjur Suka Makan Junk Food, Ini yang Harus Dilakukan Orangtua menurut Kacamata Dokter
Baca juga: Perlu Waspada, Operasi Pencabutan Gigi Bungsu (Odontektomi) Bisa Menimbulkan Risiko dan Komplikasi
3. Adanya kelainan
"Pada kondisi-kondisi kelainan misalnya pada gigi yang bentuk akarnya dideteksi melalui pemeriksaan foto rontgen, dokter melihat akarnya itu tidak ideal," tambahnya.
"Jadi semisal membesar, membulat, sangat bengkok. Sehingga akhirnya dokter mesti melakukan tindakan ekstraksi atau pengambilan melalui prosedur odontektomi," lanjutnya.
Penjelasan Dokter Gigi, drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribunnews Bogor program Sapa Dokter edisi 11 Maret 2022.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.