TRIBUNHEALTH.COM - Polycystic ovary syndrome (PCOS) merupakan gangguan metabolisme yang terkait dengan kadar hormon tidak seimbang yang dilepaskan oleh ovarium perempuan.
Berdasarkan penuturan dr. Maria Ratna Andijani, Sp. OG, M.Med Polycystic ovary syndrome (PCOS) adalah suatu kondisi dimana folikel-folikel sel telur tidak berkembang dengan baik.
Artinya dalam setiap siklus menstruasi, sel-sel folikel di dalam ovarium atau di dalam sel telur seorang wanita akan mengalami perubahan.
Pernyataan ini disampaikan oleh Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, dr. Maria Ratna Andijani, Sp. OG, M.Med yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Health program Healthy Talk edisi 05 Juni 2022.
"Jadi ada pasa saat siklus mensnya berjalan menjelang masa subur itu ada satu folikel yang akan membesar, dimana folikel itu kita sebut namanya folikel dominan," ucap dr. Maria Ratna Andijani, Sp. OG, M.Med.
Baca juga: drg. Nabilah Aulia Paparkan Perawatan untuk Mengatasi Keluhan Gigi Kuning

Baca juga: Perlu Waspada, Operasi Pencabutan Gigi Bungsu (Odontektomi) Bisa Menimbulkan Risiko dan Komplikasi
Folikel dominan pada saat masa subur diameternya bisa 1,8 sampai 2,5 cm.
Pada saat ovulasi atau pada saat masa subur, folikel tersebut akan pecah.
Apabila sperma masuk, sperma akan masuk ke dalam folikel dominan tersebut dan terjadilah pembuahan.
Sementara pada Polycystic ovaries alias PCO, folikel dominan tersebut tidak terbentuk.
Polycystic ovaries (PCO) merupakan kelainan atau adanya masalah varian dari ovarium yang normal.
"Jadi kecil-kecil terus, kalau kaya adonan donat ya jadi bantat nggak melar, gitu. Jadi kalau nggak melar berarti kan si sperma masuk juga nggak akan bisa menemukan sel telur atau folikel yang matang atau folikel dominan yang membesar itu nggak ada," terang dr. Maria dalam tayangan Healthy Talk (04/06/2022).
"Jadi pasti akan terjadi agak sulit untuk melakukan pembuahan. Jadi di Polycystic ovaries (PCO) itu biasanya terjadi gangguan hormonal," tuturnya.
Tanda-tanda yang paling mudah dikenali adalah siklus menstruasi yang tidak teratur.
Baca juga: Kenali Dampak Jangka Panjang Karies Gigi pada Anak yang Disampaikan Dr. drg. Tri Setyawat M.Sc

Baca juga: Seberapa Bahayakah Penyakit Stroke bagi Kesehatan? Begini Kata dr. Nilla Mayasari M.Kes. Sp.KFR-K
"Bisa mensnya tiap 2 bulan, 3 bulan, 6 bulan nggak mens atau mensnya berantakan sekali," tambahnya.
Dalam satu bulan bisa mengalami 2 kali menstruasi dan terjadi dalam waktu yang lama.
"Jadi terjadi gangguan siklus menstruasi," pungkasnya.
Menurut Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, dr. Maria Ratna Andijani, Sp. OG, M.Med jika dilihat dari fisiknya biasanya bisa dikenali.
"Rata-rata, dia suka ada jerawat. Jerawat di jidat, kemudian banyak terjadi ada tumbuh bulu-bulu halus bisa ada di bawah hidung atau di lengan atau di betis," pungkasnya.
"Itu nampak ada bulu-bulu halus, biasanya kalau sudah terjadi sindrom atau PCOS itu biasanya berat badannya di atas normal, agak gemuk gitu," ungkapnya.
"Jadi secara fisik bisa dikenalin sih," sambungnya.
Apabila sudah ada gejala seperti ini maka harus segera diberi tatalaksana dan dikonsultasikan dengan dokter untuk dilakukan koreksi atau diperbaiki hormonalnya.
Sehingga bisa untuk mempersiapkan jika wanita tersebut sudah memasuki masa pernikahan, sudah ingin segera memiliki keturunan, maka harus diperbaiki dahulu sebelum menikah.
Baca juga: Segera Atasi Radang Gusi jika Tak Ingin Timbulkan Masalah pada Rahang, Ini Penjelasan Dokter Gigi

Baca juga: Anak Terlanjur Suka Makan Junk Food, Ini yang Harus Dilakukan Orangtua menurut Kacamata Dokter
Penjelasan Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, dr. Maria Ratna Andijani, Sp. OG, M.Med dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Health program Healthy Talk edisi 05 Juni 2022.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.