TRIBUNHEALTH.COM - Cytokine storm atau badai sitokin sebenarnya bukanlah nama penyakit.
Badai sitokin sering disebut sebagai penyebab kematian banyak orang selama pandemi covid-19.
Badai sitokin adalah syndrome yang mengacu pada sekelompok gejala medis.
Saat seseorang mengalami badai sitokin, maka sistem kekebalan tubuh mengalami peradangan.
Jika hal tersebut terjadi terus-menerus maka akan terjadi gagal fungsi pada organ tertentu sehingga dapat memicu kematian.

Namun, badai sitokin tidak hanya terjadi pada pasien covid-19, karena bisa terjadi pada penderita lainnya seperti:
- Pasien autoimun
- Pasien Influenza H1N1
- Pasien dengan pengobatan kanker
Perlu diketahui bahwa munculnya badai sitokin dipicu oleh infeksi virus.
Beberapa penyebab badai sitokin yang perlu diketahui adalah:
- Infeksi
Salah satunya infeksi covid, influenza atau infeksi lainnya.
Baca juga: Sederet Olahraga Pilihan Pakar untuk Penderita Kolesterol Tinggi, Termasuk Jalan Kaki dan Berenang
- Non-infeksi
Penyebabnya ialah selain kuman, contohnya seperti kanker, atau autoimun.
Akibat respon kekebalan tubuh yang berlebihan, terlihat adanya peningkatan peradangan atau inflamasi.
Peradangan ini menyebabkan gangguan fungsi organ tubuh.
Tidak hanya pada satu organ saja, namun bisa menyebabkan gangguan pada beberapa organ sehingga bisa disebut dengan MOF.
Berikut adalah gejala yang menandakan badai sitokin:
- Demam dan menggigil
- Kelelahan
Baca juga: Orang Tua yang Aktif secara Fisik Bisa Hindari Risiko Terkena Demensia
- Pembengkakan
- Mual dan muntah
- Nyeri otot persendian
- Sakit kepala
- Ruam
- Batuk
- Sesak napas
- Napas cepat
- Kejang
Baca juga: Contoh Pemeriksaan Medis yang Bisa Diberikan pada Penyandang Disabilitas
- Kesulitan mengoordinasikan gerakan
- Kebingungan dan halusinasi
- Kelesuan dan daya tanggap yang buruk
Pasien yang mengalami badai sitokin, bisa merasakan semua gejala sekaligus.
Bahkan terkadang merasakan gejala dari organ yang rusak.
Terdapat studi yang menjelaskan bahwa pada pasien komorbid lebih mudah mengalami badai sitokin dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki komorbid.
Ada faktor genetik dari badai sitokin antaralain, HLH (Haemophagocytic lymphohistiocytosis), adanya defect atau kelainan gen.
Ini disampaikan pada channel YouTube KompasTV, bersama dengan dr. Jefri Aloys Gunawan Sp.PD, Dokter spesialis penyakit dalam. Kamis (10/6/2021)
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)