TRIBUNHEALTH.COM - Ada tiga jenis gangguan prostat yang harus diwaspadai.
Hal ini sempat dibahas dalam salah satu sesi Ayo Sehat Kompas TV.
Pertama adalah benign prostatic huoperplasia/BPH.
Kondisi ini ditandai dengan membesarnya kelenjar prostat hingga bisa menghambat aliran urine.
Kedua, prostatitis.
Prostatitis merupakan kondisi inflamasi atau infeksi pada prostat yang diakibatkan oleh bakteri yang berasal dari saluran kemih/penyakit seksual menular.
Terakhir adalah kanker prostat.
Pemicu penyakit ini belum bisa dipastikan hingga kini.
Namun ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risikonya, seperti usia, riwayat keluarga, dan obesitas.
Faktor risiko genetik

Baca juga: Kenali 3 Jenis Gangguan yang Terjadi pada Prostat, Simak Penjelasan dr. Rizki Muhammad Ihsan, Sp. U
Baca juga: Mengenal Prostat dan Fungsinya dari dr. Rizki Muhammad Ihsan, Sp. U
Dokter Spesialis Urologi, Johannes Aritonang, menjelaskan salah satu faktor risiko masalah prostat adalah genetik.
Artinya masalah prostat bisa diturunkan dari orangtua ke anak.
Hal itu dia paparkan dalam program Ayo Sehat Kompas TV edisi Rabu (16/6/2021).
"Kalau di keluarga itu ada riwayat, ayah atau kakeknya terdiagnosa dengan prostat jinak ataupun ganas, itu biasanya memiliki risiko 2 sampai 2,5 kali lipat pada anaknya," paparnya dikutip TribunHealth.com.
dr. Johannes mengatakan apabila ada diagnosis kanker dalam keluarga tersebut, maka perlu dilakukan diagnosis awal pada sang anak.
"Misalnya di usia 40-an awal kita sudah minta anaknya untuk meminta screening," jelas dr. Johannes.
Gejala

Baca juga: Sederet Tanda Kanker Prostat Mulai Menyebar, Sakit saat Buang Air Kecil hingga Rasakan Kelelahan
Baca juga: Ketidakseimbangan Hormon Testosteron Mempengaruhi Pembesaran Prostat, Ini Ulasan dr. Aritonang
Secara umum, gejala yang kerap dikeluhkan ada tiga.
"Pertama itu keluhan storage, penyimpanan di kandung kemihnya."
"Biasanya gejala iritatif."
Gejala ini ditandai dengan seringnya buang air kecil.
"Kadang sehari bisa lebih dari 10 kali. Sejam sekali bolak-balik kamar mandi," contohnya.
Kedua adalah gejala obstruktif, dimana pembuangan urine menjadi terganggu.
"Biasanya akan ada keluhan pancarannya lebih lemah dari biasanya," jelasnya.
Selain itu, bisa juga kencing yang terputus-putus.
Gejala ini bisa disertai nyeri atau pun tidak.
"Kadang-kadang perlu mengedan dulu, padahal sudah kebelet."
Terakhir, adalah gejala setelah pembuangan air kecil.
"Keluhannya suka netes di akhir buang air kecil," pungkasnya.
(TribunHealth.com/Nur)