TRIBUNHEALTH.COM - Kebiasaan menggertakkan gigi saat tidur terlihat sepele.
Mereka menggertakkan gigi di kedua rahangnya dalam kondisi tidak sadar.
Ternyata kebiasaan ini ternyata termasuk masalah kesehatan yang bisa serius.
Kondisi psikis seperti stres dan cemas kerap dikaitkan dengan masalah ini.
Dalam medis, kebiasaan menggertakkan gigi dikenal dengan nama bruxism.
Bruxism tak selalu menimbulkan gejala.
Tetapi beberapa orang mengalami sakit wajah dan sakit kepala.
Baca juga: Permasalahan Warna Gigi pada Anak-anak yang Harus diketahui Orangtua
Baca juga: Berapa Lama Pemakaian Kawat Gigi yang Dianjurkan, Dok?
Seiring berjalannya waktu, tentu saja kebiasaan ini bisa merusak gigi.
Dilansir TribunHealth.com dari laman resmi NHS Inggris, beberapa gejala yang umum timbul akibat kebiasaan ini antara lain:
- Sakit wajah
- Sakit kepala
- Sakit telinga
- Nyeri dan kekakuan pada sendi rahang (sendi temporomandibular) dan otot di sekitarnya, yang dapat menyebabkan gangguan temporomandibular (TMD)
- Tidur terganggu (untuk Anda atau pasangan Anda)
- Gigi aus, yang dapat menyebabkan peningkatan sensitivitas dan bahkan
Kehilangan gigi - Nyeri wajah dan sakit kepala sering hilang ketika berhenti menggertakkan gigi.
Baca juga: Dokter Spesialis Gigi: Meluasnya Infeksi pada Gusi Dapat Menyebabkan Terjadinya Periodontitis
Baca juga: Gigi Anak Patah bagian Depan, Apakah Masih Bisa Tumbuh Lagi Dok?
Pada kasus parah, bruxism bisa menimbulkan kerusakan gigi dan memerlukan perawatan.
Ada beberapa perawatan yang bisa dilakukan.
Pertama, menggunakan pelindung mulut untuk mengurangi gesekan saat menggertakkan gigi.
Alat ini juga membantu mengurangi rasa sakit dan mencegah keausan gigi, serta melindungi dari kerusakan lebih lanjut.
Selain itu relaksasi otot bisa menjadi terapi lain.
Jika bruxism disebabkan oleh stres atau kecemasan, pihak terkait mungkin akan merekomendasikan terapi perilaku kognitif (CBT).
Baca berita lain tentang kesehatan gigi dan mulut di sini.
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)