TRIBUNHEALTH.COM - Menurut dr. Binsar problem kehidupan seksual pada penderita stroke bisa diobati.
Kehidupan seksualnya bisa dipulihkan.
Namun yang perlu diketahui, ada waktu yang harus dilalui.
Dilansir oleh Tribunhealth.com penjelasan Medical Sexologist, dr. Binsar Martin Sinaga dalam tayangan YouTube Tribunnews.com program Edukasi Seksual tentang pengobatan kehidupan seksual penderita stroke.
Biasanya dapat disembuhkan dalam jangka waktu 1 tahun hingga 2 tahun.
Baca juga: Dokter Jelaskan Kehidupan Seksual pada Penderita Stroke, Bisa Terjadi pada Pria Maupun Wanita
Baca juga: Apa Fungsi Penggunaan Karet pada Kawat Gigi, Dok?
Baca juga: Benarkah Induksi atau Operasi Caesar Diberikan Bila Tahap Persalinan Berlangsung Lama, Dok?
Kemudian setelah itu barulah dokter bisa memperbaiki kehidupan seksualnya.
Otomatis yang paling penting adalah problem stroke.
Dalam hal ini jaringan syarafnya harus diperbaiki.
Bagian yang mengalami kelumpuhan dan jaringan otaknya harus diperbaiki.
Pembuluh darah yang tersumbat harus diobati.

Riwayat penyebab penyumbatan, naiknya tensi, pecahnya pembuluh darah, kadar gula darah, kolesterol, harus diperbaiki.
Dan yang terakhir adalah memperbaiki ereksinya.
Yang paling penting bagi seorang pria adalah memperbaiki kadar testosteronnya.
Karena pastinya kadar testosteron pria menurun.
Dalam suatu penelitian disebutkan, apabila kadar testosteron tidak dinaikkan atau diperbaiki, maka angka mortalitas akan meningkat 66-92%.
Sehingga kadar menjadi pertimbangan dokter dan harus segera diperbaiki.
Kemampuan seksual seorang penderita stroke mungkin tidak akan kembali 100% seperti sedia kala.
Tetapi dokter bisa menjaminkan 70-80% akan kembali.
Angka kesembuhan cukup memberikan harapan pada para pria penderita stroke.
Baca juga: Dok, Kondisi Apa yang Menyebabkan Ibu Hamil Operasi Caesar atau Episiotomi?
Baca juga: Agar Tak Jadi Sasaran Kekerasan Seksual, Psikolog Jelaskan Pentingnya Edukasi Anak
Angka 100% yang pasti motoriknya akan menimbulkan cacat.
Apabila gejala strokenya berat, dimana terjadinya kelumpuhan total, maka akan lebih sulit disembuhkan.
Membutuhkan waktu yang lebih lama lagi sampai penderita mengalami kekuatan motoriknya menjadi lebih baik.
Gejala sisanya akan menyulitkan dokter.
Karena kelumpuhan menjadi suatu tanda ketidakberdayaan penderita.
Penjelasan Medical Sexologist, dr. Binsar Martin Sinaga dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribunnews.com program Edukasi Seksual edisi 22 Oktober 2020.
(Tribunhealth.com/Dhiyanti)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.