TRIBUNHEALTH.COM - Cara pemberian pada testosteron replacement therapy atau terapi penggantian testosteron dengan cara disuntik.
Saat ini kita memakai preparat atau obat atau yang namanya suntikan jenisnya testosteron andaikanoat jadi testosteron akan bekerja lama di dalam tubuh.
Ada protokol penyuntikan testosteron.
Dilansir oleh Tribunhealth.com, Medical Sexologist dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS menjelaskan tentang dampak penggantian testosteron dalam tayangan YouTube Tribunnews.com program Edukasi Seksual .
Tempat penyuntikannya di intramuskular di sekitar pantat.
Baca juga: Medical Sexologist Jelaskan Manfaat Terapi Memperbaiki Kadar Testosteron
Baca juga: Dokter Sebut Obat Kumur Bisa Bantu Jaga Kesehatan Mulut, tapi Bukan untuk Digunakan Tiap Hari
Protokol penyuntikan pertama dan kedua adalah 6 minggu.
Namun pada penderita diabetes biasanya dipercepat menjadi 5 minggu.
Kemudian di cek terlebih dahulu, baru disuntik kedua.
Suntik kedua dan suntik ketiga jaraknya lebih panjang, yakni 12 minggu.
Pada penderita diabetes adalah 10 minggu.
Begitu juga seterusnya sampai kadar testosteronnya 700.
Ada banyak terapi yang gagal karena banyak juga para dokter yang tidak menggunakan protokol ini.
Karena jika menggunakan protokol ini pasti toleransinya berbeda-beda di mana kondisi tubuh setiap orang berbeda.
dr. Binsar percaya tubuh seorang pria begitu diperbaiki kadar testosteronnya ada yang mungkin cukup 3 kali suntik, ada yang mungkin sampai 10 kali, ada yang mungkin 6 kali.
Tergantung masing-masing kondisi.
Tetapi jika protokol tersebut diikuti, target pasti akan tercapai sesuai dengan kemampuan tubuh pria.
Dokter menyebutkan tidak ada efek samping yang ditimbulkan.
Tetapi kita perlu tahu kontra indikasi.
Baca juga: Berikut Ini Jenis Kawat Gigi yang Penting untuk Diketahui dari drg Edy Heriyanto Habar SpOrt (K)
Baca juga: Mengenal Definisi Keguguran saat Hamil Muda dan Penyebabnya dari dr. Ari Ayat Santiko, Sp. OG
Kontra indikasi adalah kondisi-kondisi yang dilarang melakukan terapi testosteron.
Yang pertama ada problem kanker prostat, tidak boleh melakukan terapi tersebut.
Yang kedua, adanya peningkatan kadar PSA.
PSA adalah prostat spesifik antigen.
Jadi jika prostat mulai bermasalah pada seorang pria, maka kadar PSA akan diperiksa untuk menentukan seberapa berat tingkat penyakit prostatnya.
Kondisi tersebut adalah kontra indikasi atau larangan pemberian testosteron.
Hasilnya akan sangat luar biasa.
Dampak pemberian PRT testosteron replacement therapy adalah pasti lebih bugar.
Kemampuan neurologis atau kemampuan otak motorik sangat terperbaiki.
Imunnya lebih meningkat, badannya lebih sehat.
Otot atau kekuatan tulangnya juga lebih baik.
Dan yang pasti seksualitas semakin baik.
Penjelasan Medical Sexologist dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribunnews.com program Edukasi Seksual edisi 10 September 2020.
(Tribunhealth.com/Dhiyanti)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.