Agar Hasilnya Optimal, Apakah Tarik Benang Aptos Perlu Pengulangan Dok?

Penulis: Putri Pramestianggraini
Editor: Ahmad Nur Rosikin
ilustrasi tarik benang

TRIBUNHEALTH.COM - Saat ini penampilan menjadi hal yang paling disorot. 

Tak hanya dari pakaian yang dikenakan, penampilan juga dipengaruhi oleh tampilan tubuh. 

Salah satu yang bisa mempengaruhi tampilan tubuh adalah double chin. 

Meski terlihat sepele, rupanya double chin kerap dianggap sebagai tanda pertambahan berat badan. 

Tak heran jika seseorang yang memiliki double chin ini rela melakukan perawatan untuk mengatasinya. 

Setelah double chin diatasi, tindakan yang dilakukan untuk mengencangkan area dagu yakni dengan tarik benang aptos. 

ilustrasi tarik benang (tribunnews.com)

Baca juga: 5 Latihan Wajah untuk Mempertegas Garis Rahang, Cara Mudah yang Patut Dicoba

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai tarik benang aptos, kita bisa bertanya langsung dengan dokter kecantikan berkompeten seperti dr. Caryn Miranda Saptari

Pertanyaan: 

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, apakah perlu tindakan pengulangan tarik benang dok? 

Rara, di Karanganyar

dr. Caryn Miranda Saptari menjawab: 

Kalau untuk tarik benang aptos, karena tarikannya itu tahan 1,5 tahun sampai 2 tahun, jadi disarankan pengulangannya setelah waktu itu. 

Jadi biasanya pasien akan kembali sekitar 1,5 tahun untuk tarik benang lagi. 

Karena kan benang aptos pada saat diserap, dia akan jadi kolagen. 

Jadi, sebetulnya pada saat dia sudah diserap, dia tidak akan kembali jatuh banget seperti awal. 

Baca juga: 7 Dampak Positif dan Negatif Bagi Tubuh Akibat Konsumsi Buah Berlebihan

Profil dr. Caryn Miranda Saptari 

Profil dr. Caryn Miranda Saptari, dokter yang aktif mengikuti workshop maupun webinar (Dok. Pribadi dr. Caryn Miranda Saptari)

dr. Caryn Miranda Saptari merupakan inhouse aesthetic doctor (dokter kecantikan) di klinik kecantikan Dermaster Bali.

Ia pernah menjadi peserta MUSCAB IDI Cabang Karawang pada bulan November tahun 2016.

dr. Caryn Miranda Saptari tidak hanya aktif menjadi peserta simposium di Jakarta saja.

Tak jarang ia menjadi peserta simposium di Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Bandung, Bogor hingga Bali.

Halaman
12