TRIBUNHEALTH.COM - Selama masa pandemi, ada budaya kerja baru yang mulai dikenal, yakni bekerja dari rumah (work from home) atau bahkan bekerja dari mana saja (work from anywhere).
Artinya, seseorang tidak harus berada di kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Setelah pandemi selesai, masih ada yang mempertahankan budaya ini.
Ada pula yang menerapkan gabungan dari bekerja di kantor serta WFH.
Namun, dalam jangka panjang, ditemukan bahwa kerja jarak jauh mulai kehilangan daya tarik awalnya.
Akhirnya kerja WFH kerap membuat pekerja kelelahan karena lebih sedikit interaksi sosial dan mengaburkan batasan antara ruang pribadi dan ruang kerja.
Kerja jarak jauh mungkin tampak nyaman dan bermanfaat pada awalnya, tetapi meninggalkan konsekuensi jangka panjang.
Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam American Psychological Association, ditemukan bahwa kerja jarak jauh dapat merusak kesehatan mental karyawan.
Melansir kanal kesehatan Times of India, berikut ini dampak jangka panjang bekerja WFH yang perlu diwaspadai.
Keseimbangan kehidupan dan pekerjaan yang tidak sehat
Pekerjaan jarak jauh dapat berdampak signifikan pada kesehatan mental Anda.
Keseimbangan kehidupan kerja yang tidak sehat dapat menyebabkan stres dan ketegangan.
Akan ada saat-saat ketika Anda akan makan dan tidur di depan komputer.
Ini menyebabkan banyak pekerja merasa WFH dapat mengganggu batasan kehidupan mereka.
Baca juga: Tak Bisa Tidur saat WFH? Pakar Sebut Perlu Melatih Otak Bedakan Pekerjaan dan Kehidupan Pribadi
Interaksi sosial rendah
Pekerja jarak jauh memiliki interaksi sosial yang rendah.
Interaksi sosial yang rendah dapat berdampak signifikan pada kesehatan mental seseorang.
Kurangnya interaksi tatap muka dengan rekan kerja dapat menyebabkan kesepian dan rasa tidak aman serta dapat membuat mereka merasa terputus hubungan.
Kehilangan banyak hal
Kita mungkin berpikir bahwa bekerja jarak jauh lebih baik dan Anda dapat menemukan waktu untuk diri sendiri, menghemat waktu perjalanan, dan menghabiskan waktu bersama keluarga.
Baca tanpa iklan