“Pilihan obatnya harus pas, kombinasinya pas, dosisnya pas,” tandasnya.
Faktor berikutnya yang berpengaruh adalah dari sisi pasien.
“Kalau semua sudah pas, diminum benar gak? Jangan-jangan minumnya belum benar.”
Kemudian, penderita epilepsi juga tidak diperbolehkan sampai lelah berlebihan.
“Kita juga perlu melihat kebiasaan-kebiasaan atau aktivitas sehari-hari yang kalau kita paksakan bisa memudahkan terjadinya serangan. Misalkan kelelahan.”
“Seorang penyandang epilepsi boleh beraktivitas apapun, olahraga apapun, tapi saat merasa lelah, dia harus berhenti dulu, beristirahat, dan nanti kalau sudah tidak lelah boleh melanjutkan lagi,” paparnya.
Jika semua hal itu sudah terpenuhi namun masih terjadi kejang epilepsi, satu faktor berikutnya yang perlu dipertimbangkan adalah kebiasaan tidur.
dr. Zainal menjelaskan, penderita epilepsi perlu tidur yang teratur.
Artinya lebih disarankan tidur dan bangun pada jam yang relatif sama setiap harinya.
“Seorang penyandang epilepsi dianjurkan punya jadwal tidur yang teratur setiap harinya, bukan soal lamanya, tapi soal keteraturannya. Jadi, kalau seseorang tidur tiap hari 8 jam, tapi malam ini tidur jam 8, besok jam 12 malam, dan besoknya lagi jam 10, itu enggak ada gunanya karena tidak teratur.”
“Tapi kalau seseorang tidur hanya 6 jam setiap hari, tapi tiap hari tidur jam 11 malam sampai jam 5 pagi, dan itu sama setiap hari, itu namanya teratur,” jelasnya.
Baca juga: Apakah Anak Pasti Terhindar dari Penyakit jika Sudah Pernah Vaksin?
Apabila semua kriteria tersebut sudah terpenuhi namun kejang epilepsi masih terjadi, itulah yang disebut dengan epilepsi kebal obat.
Artinya kejang pada pasien tidak bisa dikontrol denganpengobatan.
“Kalau semua sudah dilakukan, obatnya sudah benar, dosisnya benar, kebiasaan yang memudahkan serangan sudah dihindari, tetapi masih tetap terjadi serangan, maka kita baru bisa menyebut dia itu kelompok yang kebal obat tadi,” pungkasnya.
(TribunHealth.com)