"Bisa banget ya. Jadi misal nih, kalian habis filler di dagu, lalu ngerasanya kok terlalu lancip ya. Sehingga kita jadi gak PD, itu jangan khawatir," ujar dr. Isabella Rosellini.
"Jadi bisa banget dihilangkan fillernya. Kita tinggal suntik enzim penghancur filler di area yang berlebih tadi. Setelah itu nanti dia akan kembali seperti semula atau gak selancip yang awalnya," jelasnya.
Beberapa orang ingin melakukan treatment filler untuk memperbaiki bentuk wajah, adakah kondisi tertentu yang tidak diperbolehkan melakukan treatment ini?
Bagi individu yang ingin melakukan treatment filler, tentunya perlu mengetahui jika ada kondisi yang tidak boleh melakukan treatment ini.
Dikatakan dr. Isabella bahwa tidak ada treatment yang tidak ada kontra indikasi.
Baca juga: 5 Khasiat Minum Teh Jahe Kunyit untuk Kesehatan
Ia melanjutkan, pada ibu hamil atau menyusui tidak disarankan untuk melakukan treatment. Karena belum ada penelitian yang membuktikan jika treatment ini tidak akan berpengaruh pada ibu hamil dan bayi.
"Tentunya ada ya. Jadi tidak ada treatment yang tidak ada kontra indikasi," lanjutnya
"Jadi pada ibu yang sedang hamil atau menyusui, itu kita tidak menyarankan melakukan treatment waktu sedang hamil atau menyusui. Karena memang belum ada penelitian yang membuktikan kalau misal tidak akan berpengaruh pada ibu hamil dan bayinya," jelas dr. Isabella Rosellini.
Lanjut, dr. Isabella menjelaskan, sebenarnya secara teori filler tidak akan berpengaruh ke badan. Misal filler diletakkan di wajah, maka hanya akan terlokalisir pada wajah saja.
dr. Isabella menegaskan, dikarenakan belum ada penelitian, maka dokter estetik harus main aman untuk meminimalkan risiko. Karena semua tindakan estetik (termasuk filler) bukan suatu yang wajib dilakukan.
Maka dari itu, treatment filler ini tidak dilakukan pada ibu hamil dan menyusui.
Baca juga: 4 Masalah Kesehatan Ini Bisa Diobati dengan Rambut Jagung, Ini Cara Mengolahnya
"Tapi sebenarnya kalau secara teori, sebenarnya tidak akan berpengaruh ke badan. Jadi filler itu kalau misal kita letakkan di wajah, dia hanya akan terklokalisir di wajah aja," sambungnya.
"Tapi karena memang belum ada penelitian, jadi kita sebagai dokter estetik harus main aman ya. Karena memang semua tindakan estetik termasuk filler itu kan bukan sesuatu yang wajib dilakukan ya. Jadi kita cari aman meminimalkan risiko. Jadi, kita tidak melakukan pada ibu yang masih hamil dan menyusui," terangnya.
Labih lanjut, dokter estetik dr. Isabella Rosellini juga mengungkapkan bahwa treatment filler ini tidak dilakukan pada wajah yang sedang ada infeksi seperti jerawat parah.
Apabila ada infeksi pada wajah, maka filler harus ditunda terlebih dahulu. Karena bagaimanapun kata dr. Isabella kesehatan lebih utama dari kecantikan.
"Selain itu juga kalau di area wajah sedang ada infeksi. Misal ada jerawatan parah, nah itu kita harus menunda dulu. Karena gimanapun kesehatan itu duluan. Setelah kesehatan baru kecantikan, begitu." pungkas dr. Isabella Rosellini.
Ini disampaikan pada channel YouTube TribunHealth bersama dengan oleh dr. Isabella Rosellini, MH, CMC. Seorang dokter estetika di Avery Clinic Malang dan Avena Aesthetic Surabaya.
(TribunHealth.com/PP)