TRIBUNHEALTH.COM - Hiperglikemia mengacu pada tingginya kadar gula, atau glukosa, dalam darah.
Ini terjadi ketika tubuh tidak memproduksi atau menggunakan cukup insulin.
Gejala atau efek hiperglikemia antara lain peningkatan rasa haus, sering ingin buang air kecil, dan banyak lagi.
Jika penderita diabetes tidak mengatur kadar gula dalam darahnya, ia dapat mengalami komplikasi parah yang disebut ketoasidosis diabetik.
Jika seseorang tidak mendapatkan pengobatan untuk ketoasidosis, mereka dapat mengalami koma diabetes, yang merupakan komplikasi diabetes yang berbahaya.
Berikut ini fakta-fakta hiperglikemia atau gula darah tinggia.
1. Belum tentu bergejala
Ada ambang diagnostik yang berbeda untuk hiperglikemia.
Beberapa orang mendefinisikan hiperglikemia sebagai kadar glukosa darah lebih dari 125 miligram per desiliter (mg/dl) saat puasa dan 180 mg/dl setelah makan.
Sementara itu, pedoman tahun 2022 dari American Diabetes Association merekomendasikan definisi hiperglikemia berdasarkan persentase waktu yang dihabiskan seseorang di atas ambang batas 180 mg/dl.
Gejala hiperglikemia mungkin termasuk:
- sering ingin buang air kecil
- rasa haus yang berlebihan
- rasa lapar yang intens dan tidak biasa
- sakit kepala
- penglihatan kabur
- penurunan berat badan
- kelelahan
- sifat lekas marah
Baca juga: 10 Efek Ajaib Makan Okra Setiap Hari, Baik untuk Diabetes karena Turunkan Gula Darah
Sekalipun seseorang memiliki kadar glukosa darah di atas 180 mg/dl, gejalanya mungkin tidak langsung muncul atau tidak muncul sama sekali.
Seseorang mungkin menderita hiperglikemia tetapi tidak mengalami gejala yang nyata selama bertahun-tahun.
Gejala juga dapat memburuk jika kadar gula darah tetap tinggi dalam waktu lama.
Penderita diabetes harus memantau diri secara teratur untuk mengetahui kadar glukosa sebelum mencapai tahap di mana gejalanya timbul.
2. Tak selalu diabetes
Kadar gula darah tinggi belum tentu menderita diabetes.
Hiperglikemia bisa terjadi pada penderita pradiabetes atau diabetes.
Pradiabetes berarti kadar gula darah sudah berada di atas batas normal, namun belum bisa dikatakan sebagai diabetes.
Pada tahap ini seseorang masih bisa pulih jika melakukan perubahan pola hidup dan tertib mengikuti saran dokter.