Wajarkah Jika Setiap Orang Mengalami Stres? Ini Jawaban Psikolog

Penulis: Putri Pramestianggraini
Editor: Melia Istighfaroh
ilustrasi stres pada remaja

Dijelaskan oleh psikolog Adib bahwa menunda lapar belum tentu salah karena manusia membutuhkan makan.

Misalnya seseorang makan dua kali sehari bisa saja lebih baik untuk kesehatan dikarenakan justru berat badannya ideal dan tidka menimbulkan obesitas.

"Ya kan belum tentu salah juga gitu. Manusia yang penting kan makan. Kalau kemudian dia makan sehari dua kali, ya bisa saja itu lebih baik mislanya," tuturnya.

Baca juga: Kontrol Gula Darah, Turunkan Kolesterol dan Tekanan Darah dengan Kacang Hijau, Intip Manfaat Lainnya

"Kenapa? 'Oh kalau makan dua kali sehari ternyata justru berat badannya ideal, tidak menimbulkan obesitas'. Walaupun dia harus menahan lapar, gitu kan, dan ternyata itu lebh sehat, bisa saja,"ujar psikolog Adib Setiawan.

Ada juga seseorang saat merasa lapar, ternyata makannya banyak sampai terjadi obesitas, sehingga muncul tekanan lain diejek teman karena obesitas.

"Trus ada lagi tekanan lapar, makannya banyak sampai obesitas. Nah, akan muncul tekanan lain. Oke, barangkali tekanan terhadap rasa lapar terselesaikan nih, tapi ada tekanan lain diejek teman karena obesitas. Ini kan tekanan juga," jelasnya.

Lanjut, psikolog keluarga dan pendidikan anak, Adib Setiawan menegaskan sebagai remaja harus bisa menyembangkan hal ini dengan membangun mindset yang postif. Tentunya dimulai dari keputusan yang diambil dan konsekuensi yang diterima.

Baca juga: 4 Manfaat Royal Jelly: Bantu Kontrol Kadar Kolesterol

Misalnya seperti tuntutan lingkungan harapan lingkungan.

"Tentunya kita sebagai pribadi remaja, harus bisa menyeimbangkan ini. Bagaimana kita membangun mindset secara positif gitu. Keputusan apa yang kita ambil, bisa kita terima konsekuensinya. Artinya tuntutaaan lingkungan, harapan lingkungan itu sebagai sesuatu yang sepanjang tidak memberatkan di akomodasi gak papa." pungkas Adib Setiawan.

Ini disampaikan pada channel YouTube TribunHealth bersama dengan Adib Setiawan, Sp.Psi., M.Psi. Seorang priskolog keluarga dan pendidikan anak dari Yayasan Praktek Psikolog Indonesia.

(TribunHealth.com/PP)