TRIBUNHEALTH.COM - Ada seorang pria berusia 56 tahun di antara jutaan siswa sekolah China yang mengikuti ujian masuk universitas, "gaokao".
Tak tanggung-tanggung, ini adalah tesnya yang ke-27 kali demi bisa masuk perguruan tinggi impian.
Meski selalu ditolak, dirinya tak putus asa dan terus mencoba yang terbaik.
Gaokao sendiri merupakan sistem tes untuk memasuki perguruan tinggi, semacam UTBK di Indonesia.
Sontak kegigihan pria tersebut menjadi perbincangan warganet dan viral di media sosial.
Taipei Times memberitakan, Liang (56) sejatinya bukanlah seorang pria yang bodoh.
Untuk hidup, dia bekerja keras dengan bekerja di pabrik hingga kemudian mampu mendirikan bisnisnya sendiri.
Baca juga: Punya Gaji hingga Rp 132 Juta Sebulan, Pekerjaan Ini Justru Sepi Peminat di Singapura, Berminat?
Meski sudah sukses dengan bisnis yang dia bangun dengan jerih payahnya, impian untuk kuliah masih terngiang di benaknya.
Hal inilah yang membuat dia bertekad untuk mengikuti tes perguruan tinggi lagi.
Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah Universitas Sichuan.
Untuk bersaing dengan hampir 13 juta siswa sekolah menengah atas yang mengikuti ujian tahun ini, Liang mengatakan dia telah menjalani "kehidupan seorang biksu pertapa" selama beberapa bulan terakhir.
Kata itu dia gunakan untuk menggambarkan betapa kerasnya dia harus belajar.
Dia harus bangun tepat setelah fajar untuk belajar mati-matian selama 12 jam sehari.
“Ini adalah pemikiran yang tidak nyaman bahwa saya tidak berhasil mendapatkan pendidikan tinggi,” kata Liang.
“Saya benar-benar ingin pergi ke universitas dan menjadi seorang intelektual.”
Baca juga: Ikuti Trial Test TKD dan Akhlak Resmi dari Panitia Rekrutmen Bersama BUMN 2023, Simak Jadwalnya
Tertolak 26 Kali
Selama empat dekade terakhir, penduduk asli Sichuan ini telah mengikuti gaokao sebanyak 26 kali, namun secara konsisten gagal mendapatkan hasil yang diperlukan untuk mengirimnya ke universitas pilihannya.
Bagi siswa, hasil gaokao yang baik dapat menentukan jalan hidup seseorang, dengan gelar dari universitas elit yang memberikan rasa hormat, status, dan kesempatan kerja yang lebih baik.
Liang mengikuti ujian untuk pertama kalinya pada tahun 1983, ketika dia baru berusia 16 tahun.
Dia terus berusaha meningkatkan skornya untuk dekade berikutnya, sampai dia harus menyerah pada tahun 1992, karena tes pada saat itu dibatasi untuk orang lajang di bawah usia 25 tahun.