TRIBUNHEALTH.COM - Rokok elektrik atau yang biasa dikenal sebagai vape sempat dianggap sebagai salah satu alternatif bagi orang yang ingin berhenti merokok.
Kendati demikian, pada dasarnya vape tetap menyimpan bahaya kesehatan seperti rokok konvensional.
Terkait hal ini, seorang ilmuwan utama penelitian pengendalian tembakau di American Cancer Society, Tyler Nighbor, PhD memberikan penjelasan.
Meskipun vape adalah produk yang relatif baru, beberapa efek samping jangka pendek, seperti iritasi paru-paru dan saluran napas, sesak napas , dan batuk setelah penggunaan kronis, telah didokumentasikan, kata Dr. Nighbor.
Baca juga: Vape Sama Bahaya dengan Rokok Konvensional, Berisiko bagi Kesehatan Jantung
Hal senada juga disampaikan oleh Ahli dan Direktur Praktik Kesehatan Tembakau di University of Maryland Medical Center di Baltimore, Janaki Deepak, MD.
“Vaping melakukan banyak hal untuk paru-paru,” katanya, dilansir TribunHealth.com dari situs kesehatan EverydayHealth.com.
“Saat cairan itu menguap dan masuk ke paru-paru, senyawa organik seperti aldehida dilepaskan yang dapat menyebabkan kerusakan hebat pada paru-paru,” lanjut Deepak.
Segala iritasi yang dihirup, termasuk nikotin dan bahan kimia apa pun dalam vape, dapat menyebabkan iritasi pada saluran udara.
Baca juga: Tak Selalu Faktor Usia, Hipertensi Bisa Disebabkan Paparan Asap Rokok hingga Berat Badan Berlebih
Hal ini dapat mengganggu produksi sel darah putih yang bertugas meningkatkan kekebalan.
Akibatnya seseorang dapat mengalami batuk hingga bronkitis, menurut Albert Rizzo, MD, kepala petugas medis untuk American Lung Association.
Bahkan vape dapat menyebabkan peradangan kronis dan membuka peluang terjadinya kanker.
Dampak vape terhadap paru-paru
Masih terlalu dini untuk mengetahui dampak vape terhadap paru-paru.
Pasalnya rokok elektrik tergolong baru, sehingga penelitian jangka panjang dan mendalam masih banyak dibutuhkan sebelum mengambil suatu kesimpulan.
Satu studi pendahuluan dari jurnal Cancer Prevention Research menemukan bahwa aktivasi sistem saraf simpatik oleh nikotin yang dihirup dari rokok elektrik dapat merangsang perkembangan dan pertumbuhan kanker.
Deepak mengatakan beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa vaping menghasilkan jalur seluler yang mempromosikan kanker, apakah itu menyebabkan sel menyerang lebih banyak, tumbuh lebih banyak, atau menyebabkan mutasi genetik.
Sementara Rizzo mengatakan ada banyak penelitian yang sedang berlangsung tentang vaping dan kanker paru-paru, tetapi menghubungkan berbagai penelitian itu, mungkin rumit.
“Kanker membutuhkan waktu untuk berkembang, dan Anda perlu mengikuti subjek studi selama periode waktu tertentu,” katanya.
Baca juga: Tanda Paru-paru Belum Sembuh dari Covid-19, Merasa Sesak Napas meski Pemeriksaan Jantung Normal
Tak mengandung tar, tapi tetap berbahaya
Vape tidak mengandung tar seperti rokok, namun tetap memiliki sejumlah kandungan berbahaya bagi kesehatan jika terhirup.