TRIBUNHEALTH.COM - Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ memaparkan jenis depresi ketika menjadi narasumber di program Healthy Talk Tribunhealth.com.
Pada dasarnya secara garis besar depresi dibagi menjadi dua, yakni mayor depression disorder (gangguan depresi mayor) dan gangguan depresi bipolar.
Depresi mayor dan depresi bipolar sebenarnya adalah dua hal yang berbeda secara signifikan.
Secara gejala dan perjalanannya terkadang juga berbeda.
Gangguan depresi bipolar lebih berisiko dipengaruhi faktor genetik
Klik link berikut dan dapatkan produk yang membantu menjaga kesehatan Anda.
Baca juga: Benarkah Depresi Bisa Terjadi pada Siapa pun? Ini Kata Mayor Kes dr. Hary Purwono Sp.KJ
Pasalnya persentase angka kejadiannya cenderung lebih rentan pada orang yang memiliki risiko genetik dengan gangguan afektif bipolar.
Bipolar sendiri tidak hanya kondisi depresi, tetapi juga bisa karena kondisi manik ataupun hipomanik.
Kondisi depresi yang bisa menyakiti diri sendiri ataupun bisa sampai berpikir tentang kematian umumnya terjadi pada gangguan depresi bipolar.
Baca juga: Dokter: Jika Sudah Mengalami Depresi, Sebaiknya Berusaha untuk Terbuka dengan Orang Tedekat
Dalam waktu yang cukup cepat dan proses perjalanan penyakitnya juga cukup cepat bahkan gejalanya cepat sekali timbul tanpa adanya stressor yang signifikan atau yang sangat berat tiba-tiba seseorang tersebut memutuskan untuk mengakhiri hidup.
Penyebab depresi
Berbicara tentang faktor-faktor penyebab dari depresi, ternyata banyak sekali hal-hal yang bisa menyebabkan seseorang menjadi stressor.
Stressor adalah hal yang membebani pikiran, hal yang membuat seseorang menjadi berpikir lebih berat dari biasanya dan juga bisa menyebabkan seseorang menjadi sangat bertanggung jawab yang berlebihan.
Faktor-faktor sosial dilingkungan, banyak yang bisa menjadikan seseorang mengalami kondisi depresi.
Beban kerja yang lebih dari biasanya, kondisi ekonomi yang sulit termasuk faktor-faktor sosial di lingkungan yang sering ditemui.
Konflik internal dengan orang lain atau konflik internal dengan keluarga ataupun bahkan perasaan bersalah yang sebenarnya tidak terlalu beralasan dalam arti mungkin hanya internal pribadi seseorang saja juga bisa menyebabkan kondisi depresi.
Tidak pasti seseorang harus mengalami sebuah konflik terbuka dengan orang lain, kemudian konflik tersebut tidak bisa ternetralisir kemudian mengalami depresi.
Tetapi bisa jadi konflik internal sendiri yang sebenarnya tidak terlalu signifikan secara hubungan personal dengan orang lain bisa menyebabkan seseorang juga mengalami kondisi depresi.
Mayor Kes dr. Hary menyampaikan, secara teori hal ini terjadi pada beberapa ciri-ciri kepribadian orang tersebut memang mengarah atau berpengaruh yang kemungkinan bisa mengalami gangguan depresi.
Ini disampaikan pada channel YouTube Tribun Health bersama dengan Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ. Seorang dokter spesialis kedokteran Jiwa RSAU dr. Siswanto Lanud Adi Soemarmo.
(TribunHealth.com/PP)