Baca tanpa iklan
TRIBUNHEALTH.COM - R. Radyan Yaminar menyampaikan, masyarakat diharapkan lebih sensitif lagi untuk mendeteksi apakah anak mengalami stunting atau obesitas.
Terkadang seseorang menormalisasi suatu keadaan dan menganggap kondisi anak normal saja.
- Klik link berikut dan dapatkan produk yang membantu menjaga kesehatan anak.
Seharusnya orang tua lebih sensitif atau peka jika ada masalah pada anak.
Sebaiknya anak segera melakukan pemeriksaan faskes terdekat seperti Puskesmas atau minimal posyandu untuk mengukur berat badan.
Baca juga: Upaya Apa Saja yang Harus Dilakukan Orangtua Agar Anak Terhindar dari Obesitas Ataupun Stunting?
Tujuannya untuk mengetahui di KMS berat badan dan tinggi badan anak selalu naik sesuai dengan garis yang berwarna hijau.
Selain itu, pada anak obesitas perlu dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan.
Selanjutnya perlu melakukan perencanaan, setelah masa ASI eksklusif harus melakukan apa saja untuk menangani keadaan gizi anak.
R. Radyan Yaminar menyampaikan, di negara-negara maju masalah stunting sudah tertangani tetapi di negara berkembang masalah stunting masih banyak terjadi.
Stunting dan obesitas memang masih menjadi perbincangan hangat.
Baca juga: Apakah Obesitas Sama Seperti Stunting yang bisa Mempengaruhi Perkembangan Otak Anak?
Jika seseorang dalam kondisi mengalami stunting ataupun obesitas tentu tidak baik bagi kesehatan.
Ciri-ciri fisik yang mudah ditemui pada masalah stunting adalah tinggi badan lebih pendek dari anak seusianya.
Misalkan anak-anak seusianya tinggi tetapi ada satu anak yang tingginya di bawah rata-rata harus segera dicurigai terjadi stunting.
Sedangkan ciri dari obesitas mudah ditemui.
Misalkan perawakan sedikit gemuk, biasanya memang obesitas karena tumpukan lemaknya lebih banyak.
Tetapi kita tidak boleh judge langsung jika anak tersebut mengalami obesitas atau stunting.
Ini disampaikan pada channel YouTube Tribun Health bersama dengan R. Radyan Yaminar, S. Gz. Seorang ahli gizi Rumah Sakit Nirmala Suri Sukoharjo.
(TribunHealth.com/PP)