Mengatasi Batu di Saluran Empedu, Ketahui Metode Pengobatannya dari dr. Indra Marki, Sp.PD-KGEH

Penulis: Ranum Kumala Dewi
Editor: Melia Istighfaroh
Ilustrasi batu empedu

Meski dikatakan sebagai alat deteksi paling aman, namun pemeriksaan USG ini hanya memiliki tingkat keefektifitasan berkisar 40 persen.

Bahkan terkadang jika ukuran batunya terlalu kecil, maka tidak dapat terdeteksi oleh USG ini.

Baca juga: Seseorang Bisa Hidup Normal Tanpa Kantung Empedu, dr. Hasan Maulahela: Efek Samping Relatif Ringan

Namun tak perlu risau, ada pemeriksaan lain yang menghasilkan hasil lebih jelas. Adalah pemeriksaan CT Scan.

Sementara untuk melihat kondisi di saluran empedu daoat dilakukan dengan MRI (Magnetic resonance imaging).

"Terkadang CT Scan juga bisa, tetapi besar posisinya agak sulit," tambah Indra.

Jenis Batu Empedu

Penyakit batu empedu memiliki dua jenis yakni batu kolesterol dan batu pigmen.

ilustrasi batu empedu (nasional.kompas.com)

Sekitar 80 sampai 90 persen kasus batu empedu, terjadi diakibatkan oleh batu kolesterol.

Penyakit batu empedu jenis batu kolesterol cenderung disebabkan oleh beragam faktor risiko.

Di antaranya:

- Makan berlemak secara berlebihan

Baca juga: Tidak Hanya Junkfood, Makanan yang Mengandung Pengawet Menjadi Pemicu Terjadinya Kencing Manis

- Kegemukan

- Berusia lebih dari 40 tahun

- Perempuan.

Sementara pada batu pigmen, lebih dipengaruhi oleh faktor infeksi, seperti anemia hemolitik.

Gejala

ilustrasi seseorang yang mengalami nyeri perut bagian kanan akibat batu empedu (manado.tribunnews.com)

Gejala yang paling umum dijumpai pada penyakit batu empedu, berada di bawah rusuk kanan atas terasa melilit atau nyeri (hilang timbul) dan menjalar ke punggung.

Gejala ini bisa timbul apabila telah terjadi sumbatan di kantung empedu.

Jika tidak, sebenarnya sebanyak 80 persen kasus penyakit batu empedu tidak menunjukkan gejala.

Baca juga: dr. Hasan Maulahela Paparkan Faktor-faktor yang Meningkatkan Risiko Terjadinya Batu Empedu

Penjelasan dr. Bonauli Simajuntak, Sp.B. Subsp. BD(K) dan dr. Indra Marki, Sp.PD-KGEH ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV.

(Tribunhealth/Ranum Kumala Dewi)