Ilham, Tinggal di Ngawi.
Dokter Spesialis Konsultan Paru, dr. Hendrastutik Apriningsih, Sp.P, (K), M.Kes menjawab:
Mungkin untuk kasus-kasus yang sering kami temui sebagai dokter spesialis paru-paru terkait dengan kebiasaan merokok, yang pertama memang adalah bronkitis kronis kemudian yang kedua adalah sesak yang menahun.
Apabila secara teori atau medis, menghentikan rokok sejak dini memang lebih baik.
Akan tetapi efek dari peradangannya bisa berlangsung panjang.
Meskipun sudah berhenti, terkadang kita masih menemukan gejala-gejala itu muncul.
Hal inilah yang akan kita upayakan dengan pengobatan, baik pengobatan dengan obat atau medikamentosa maupun tidak dengan obat atau non medikamentosa.
Ini harapannya adalah bisa meningkatkan kualitas hidup, menurunkan frekuensi serangan atau sesak, menurunkan produksi dahak.
Karena memang meskipun pasien itu tidak sesak, namun kalau berdahak terus-menerus akan terganggu, sehingga hal ini bertujuan untuk mengurangi.
Baca juga: Apakah Anak dan Orang Dewasa Miliki Risiko yang Sama Alami Leukimia? Ini Kata Dokter
Baca juga: Rupanya Ukuran Lingkar Perut Bisa Mengetahui Apakah Seseorang Memiliki Risiko Menderita Diabetes
Lantas bagaimana dengan menyembuhkan, karena teorinya memang sudah mengalami kerusakan sel memang perjalanannya pada terapi ini memang menurunkan peradangan saja.
Hal ini diharapkan agar kualitas hidup pasien akan meningkat.
Untuk terapi-terapi yang diberikan saat ini memang jangka panjang.
Saat ini terapi-terapinya juga karena jangka panjang maka diupayakan agar tidak banyak mengganggu organ lain.
Misalnya kita lebih memberikan dalam bentuk inhalasi atau obat hisap, jadi pasien juga menjadi lebih nyaman kemudian efek sampingnya juga tidak banyak justru malah minim sekali.
Baca juga: dr. Theressia Handayani, M.Biomed Mengimbau Agar Konsumsi Makanan yang Indeks Glikemiknya Rendah
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.