"Bila mengalami nyeri perut kanan bawah selama 2 sampai 3 hari lalu diurut, maka usus buntu bisa pecah," kata Andi.
Tanda di atas telah merujuk pada kondisi usus buntu akut.
Usus buntu yang pecah tersebut, bisa mengiritasi seluruh dinding perut.
Baca juga: Tak Perlu Khawatir, Kini Perut Buncit Bisa Diatasi dengan Metode Slimming Treatment
Keadaan ini dinamakan dengan Peritonitis. Menurut Andi, Penyakit Peritonitis sangat mengancam jiwa.
Lantaran, pasien yang biasanya mengalami Peritonis, kondisinya memburuk akibat infeksi yang sudah menyebar di seluruh tubuh.
Baca juga: 6 Pemicu Sakit Perut Bawah selama Kehamilan, Termasuk Nyeri Ligamen Bundar hingga Kontraksi Palsu
Oleh karena itu, ia berharap seluruh tenaga medis bisa memberikan edukasi kepada masyarakat untuk memahami bahaya dari nyeri perut.
Dengan begitu, setiap tanda yang mengarah pada diagnosa nyeri perut, pasien bisa tanggap melakukan pengobatan bersama dokter.
Usus Buntu Kronis
Penyakit usus buntu adalah suat tanda pencernaan mengalami masalah.
Dalam bahasa medis, penyakit usus buntu dikenal sebagai apendiks.
Sedangkan masyarakat secara awam menyebutnya sebagai umbai cacing.
Seseorang yang mengalami usus buntu, diwajibkan untuk mendapatkan penanganan dokter.
Walau terkenal sebagai penyakit yang cukup serius, sebenarnya usus buntuk telah dimiliki setiap orang.
Usus buntu yang kronis bisa menyebabkan peritonitis.
Baca juga: Waspada Perubahan Pola BAB Bisa Jadi Tanda Alami Kanker Usus, Simak dr. Muhammad Singgih Nugraha
Peritonitis adalah peradangan yang terjadi pada lapisan tipis di dinding perut (peritonium).
Keadaan Peritonitis disebabkan oleh infeksi yang membuat Peritonium mengalami peradangan.
Seseorang yang mengalami peritonitis akan menunjukkan sejumlah gejala. Di antaranya:
- Nyeri perut kanan bawah selama 2-3 hari.
- Selang 5 hari, usus akan pecah lalu berlanjut nyeri pada seluruh perut.
"Jadi awalnya peradangan saja di usus buntu."