TRIBUNHEALTH.COM - Body shaming saat ini kerap kali terjadi di lingkungan sekitar kita.
Tanpa disadari tentu saja kita pernah melakukan tindakan body shaming terhadap orang lain.
Tindakan body shaming bukanlah tindakan baik, karena bertujuan untuk menjelek-jelekkan kondisi badan seseorang.
Body shaming merupakan bagian dari tindakan bullying, yang tidak bagus untuk dilakukan.
Bullying merupakan kegiatan mengejek, melukai baik secara fisik maupun secara verbal khususnya terkait bentuk fisik dari seseorang.
Tindakan body shaming akan membuat seseorang bisa mengalami depresi dan kecemasan.
Baca juga: Pahami Kondisi Hemofilia, Kelainan Pendarahan Langka yang Sebabkan Darah Sulit Berhenti saat Luka
Seseorang yang merasa dihina dan dilukai akan merasa down dan cenderung menyalahkan diri sendiri, sehingga mengalami depresi bahkan juga cemas.
Dimasa-masa remaja masih dalam masa labil sehingga masih sulit untuk mengontrol diri dan emosi.
Apalagi cara pandang orangtua mengenai remaja juga bermacam-macam.
Beberapa orangtua menilai anak yang bagus ialah memiliki badan gemuk, jika badan gemuk berarti anak tersebut terurus dengan baik.
Sehingga orangtua membiarkan anak mereka mengonsumsi banyak makanan tanpa memperhatikan kesehatannya.
Kadangkala anak-anak sulit makan sehingga badan anak tersebut terlihat lebih kurus, padahal orangtua sudah berusaha semaksimal mungkin.
Baca juga: Hal-hal Penting yang Harus Diperhatikan Orangtua Sebelum Anak Melakukan Vaksinasi Covid-19
Adib setiawan S.Psi menyampaikan bahwa terdapat pola asuh yang mungkin salah diterima anak dari orangtua.
Sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap kondisi fisik yang dialami oleh anak.
Body shaming tidak hanya terjadi pada usia remaja saja, tetapi usia-usia lain juga bisa mendapatkan tindakan body shaming.
Mulai dari usia anak-anak hingga usia orangtua bisa mendapatkan tindakan body shaming dari oranglain.
Karena tindakan body shaming tergolong pada tindakan yang mengomentari fisik orang lain, sehingga tindakan ini tidak mengenal usia korbanna.
Ini disampaikan pada channel YouTube Tribun Health bersama dengan Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi. Seorang psikolog keluarga dan pendidikan anak di Yayasan Praktek Psikolog Indonesia. Kamis (9/12/2021)
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)